Kemuliaan mujahid sesungguhnya (bagian 3)

mujahid

(Abujibriel.com)—Sampai pada bahasan kedua lalu telah disampaikan tujuh poin kemuliaan bagi orang-orang beriman yang bergegas ke medan Jihad demi menegakkan kalimah Allah, berjaga-jaga di medan Jihad (ribath) dan gugur syahid didalamnya. Maka berikut ini kelanjutannya:

8. Para Mujahid mendapat ganjaran berlipat-ganda dalam tempo singkat

Para Mujahid adalah para hamba yang dikasihi Allah disebabkan kesanggupan mereka mengorbankan jiwa dan harta mereka demi menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Secara tidak langsung mereka juga adalah orang-orang yang berjuang demi mempertahankan izzah dan keselamatan keseluruhan umat Islam. Pengorbanan mereka yang sangat besar lagi penting ini diganjari Allah dengan sebesar-besar ganjaran, bahkan sesaat saja di medan Jihad akan diganjari dengan apa yang hanya dapat diperoleh di tempat lain dalam tempo yang amat panjang.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَاتَلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ فُوَاقَ نَاقَةٍ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ وَمَنْ جُرِحَ جُرْحًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ نُكِبَ نَكْبَةً فَإِنَّهَا تَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَغْزَرِ مَا كَانَتْ لَوْنُهَا الزَّعْفَرَانُ وَرِيحُهَا كَالْمِسْكِ.

“Barangsiapa daripada kalangan lelaki Islam yang berperang di Jalan Allah selama tempo memerah susu unta maka wajib baginya syurga. Dan barangsiapa yang tercedera atau terluka ketika berjihad di Jalan Allah maka dia akan datang di hari kiamat kelak dengan (tanda kecederaan da kelukaan) yang lebih besar akan tetapi dengan warna seindah za’fran dan bau seharum kasturi.”  (Sahih Sunan At-Tirmizi – no: 1657 (Kitab Keutamaan Jihad, bab Berkenaan seseorang yang luka di jalan Allah)

Demikian juga dengan ibadah seseorang. Sama-sama kita ketahui bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang sangat mulia dalam Islam. Ia adalah satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3).

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada malam Lailatul-Qadar. Dan apakah engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. al-Qadr, 97:1-3)

Dalam beberapa haditsnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan bahwa malam Lailatul Qadr adalah salah satu malam yang terdapat dalam 10 malam yang terakhir di bulan Ramadhan. Malam yang keberapa tidak diberitahu secara tepat, hikmahnya agar umat senantiasa beristiqamah beribadah sepanjang 10 malam yang terakhir di bulan Ramadhan.

Tahukah para pembaca yang budiman sekalian, bahwa ada sesuatu yang lebih utama daripada malam Lailatul Qadar tetapi lebih mudah untuk diperoleh di sepanjang tahun? Bahkan ditambahi dengan keutamaan 100.000 kelebihan sebagaimana beribadah dalam Masjid al-Haram.

Sesuatu yang lebih utama tersebut adalah hadir di medan Jihad, satu keutamaan yang hanya mampu dinikmati oleh para Mujahid di Jalan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَوْقِفُ سَاعَةٍ فِي سَبِيلِ اللهِ خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ عِنْدَ الْحَجَرِ الأَسْوَدِ.

“Hadir sesaat (seketika) di medan Jihad di Jalan Allah adalah lebih baik daripada beribadah di malam al-Qadr (Lailatul Qadr) di sisi Hajar al-Aswad (di Masjid al-Haram).” (Sahih Ibn Hibban – no: 4603 (Kitab Al-Siyar, bab Keutamaan Jihad)

9. Pahala para Mujahid terus berkembang hingga hari Kiamat

Para Mujahid di jalan Allah memang terhenti aktivitas jihadnya ketika mereka berhenti atau gugur syahid, tetapi sebaliknya ganjaran amalan Jihad fi sabilillah mereka terus mengalir dan bertambah hingga hari Kiamat. Ini adalah satu kemuliaan yang diperoleh oleh umat Islam yang jauh berbeda dengan amalan-amalan yang lain dimana pahala bagi amalan tersebut berhenti apabila amalan dihentikan.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ.

“Sehari dan semalam bersiap-sedia (ribath) adalah lebih baik daripada berpuasa sebulan dan berdiri sholat pada malamnya. Jika seseorang mati (dalam ketika ribath) ganjaran amalannya akan berterusan dan dia akan terus-menerus menerima rezekinya dan dia aman daripada fitnah (kubur).”  (Sahih Muslim no: 1913 (Kitab Al-Imarah, bab Keutamaan Ribath di Jalan Allah ‘Azza wa Jalla)

Di ketika yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan:

كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ.

“Setiap seseorang yang meninggal dunia akan ditamatkan amalannya kecuali seseorang yang meninggal dunia dalam suasana bersiap-sedia (ribath) di Jalan Allah, maka sesungguhnya amalannya akan dikembangkan baginya sehingga hari kiamat dan dia aman daripada fitnah kubur.” (Sahih Sunan At-Tirmizi – no: 1621 (Kitab Keutamaan Jihad, bab Keutamaan seseorang yang mati di perbatasan Jihad)

Hal ini sekali lagi ditegaskan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Uqbah bin ‘Amir radliallahu ‘anhu:

كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلَّا الْمُرَابِطَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنَّهُ يُجْرَى لَهُ عَمَلُهُ حَتَّى يُبْعَثَ.

“Setiap seseorang yang meninggal dunia akan ditamatkan amalannya kecuali seseorang yang meninggal dunia dalam suasana bersiap-sedia (ribath) di Jalan Allah, maka sesungguhnya amalannya akan berterusan sehingga dia dibangkitkan (di hari kiamat).” (Musnad Ad-Darimi – no: 2469 (Kitab Jihad, bab Keutamaan seseorang yang mati di perbatasan Jihad)

10. Para Mujahid diampunkan dosa-dosanya

Abu Qatadah berkata, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah:

أَنَّ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالإِيمَانَ بِاللَّهِ أَفْضَلُ الأَعْمَالِ.

“Sesungguhnya Jihad di Jalan Allah dan iman kepada Allah adalah seutama-utama amal.”

Berdiri seseorang lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apa pendapat engkau jika aku terbunuh dalam perang di Jalan Allah, apakah terhapus dosa-dosaku?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ.

“Ya! Jika engkau terbunuh di Jalan Allah dan engkau sabar lagi ikhlas, maju tanpa mundur.”

Kemudian Rasulullah bertanya kembali: “Bagaimana pertanyaanmu tadi?” Lelaki tadi mengulangi: “Apa pendapat engkau jika aku terbunuh dalam perang di Jalan Allah, apakah terhapus dosa-dosa aku?”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab seperti semula:

نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَم قَالَ لِي ذَلِكَ.

“Ya (dosa-dosa akan dihapuskan)! Jika engkau bersabar lagi ikhlas, maju tanpa mundur. Kecuali hutang (ia tidak akan dihapuskan), karena sesungguhnya Jibril ‘alaihi salam berkata sedemikian kepada aku.” (Sahih Muslim – no: 1885 (Kitab Al-Imarah, bab Barangsiapa yang terbunuh di Jalan Allah … )

11. Para Mujahid terpelihara dari Neraka Jahannam

Orang-orang yang berjihad di Jalan Allah, apakah yang membunuh atau dibunuh, yang melukai atau dilukai, yang menumpahkan darah atauyang  ditumpahkan darahnya, kesemuanya akan dibebaskan oleh Allah ‘Azza wa Jalla daripada sentuhan api neraka. Syaratnya hanya satu: hendaklah mereka berjihad secara ikhlas semata-mata karena ingin menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini.

Hadits-hadits berikut menjadi rujukan:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ فِي جَوْفِ عَبْدٍ مُسْلِمٍ.

“Tidak akan berhimpun debu-debu Jihad di Jalan Allah dengan asap neraka Jahannam pada diri seseorang Muslim.” (Sahih Sunan Ibn Majah – no:  2823 (Kitab Al-Jihad, bab Keluar apabila dibunyikan semboyan)

مَا اغْبَرَّتْ قَدَمَا عَبْدٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَمَسَّهُ النَّارُ.

“Tidaklah kaki seseorang hamba yang berdebu (karena) berjihad di Jalan Allah akan disentuh api neraka.” (Sahih Al-Bukhari – no:  2811 (Kitab Al-Jihad & al-Sayar, bab Barangsiapa berdebu kakinya karena Jihad di Jalan Allah)

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارَ أَبَدًا: عَيْنٌ بَاتَتْ تَكْلأُ المُسْلِمِينَ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka selama-lamanya: Mata yang tidak tidur karena menjaga tentara Muslimin di medan Jihad di Jalan Allah dan mata yang menangis karena takutkan Allah.” (Musnad Abu Ya’la – no: 4348)

 

Insyaa Allah berlanjut…

 

(oleh Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *