(Abujibriel.com)—Pada bahasan pertama yang lalu telah disebutkan dua poin kemuliaan bagi orang-orang beriman yang bergegas ke medan Jihad demi menegakkan kalimah Allah, berjaga-jaga di medan Jihad (ribath) dan gugur syahid didalamnya. Berikut kelanjutannya:
3. Para Mujahid adalah delegasi Allah, jika mereka berdoa pasti dikabulkan
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ.
“Orang yang berperang di Jalan Allah, orang menunaikan haji dan orang yang menunaikan umrah, mereka adalah delegasi Allah. Allah menyeru mereka dan mereka menjawab seruan tersebut. Dan mereka meminta kepada-Nya maka dia mengabulkannya.” (Sahih Sunan Ibn Majah – no: 2946 (Kitab Manasik, bab Keutamaan doa orang yang pergi haji)
Apabila dikatakan doa “akan dikabulkan” ia bukanlah berarti setiap kali seseorang itu meminta ia akan dikurniakan serta-merta. Dalam beberapa hadits diterangkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala mengabulkan doa para hamba-Nya dengan beberapa cara:
- Dikurniakan apa yag diminta secara langsung.
- Tidak dikurniakan karena Allah mengetahui bahwa apa yang dimintakan itu hanya akan membawa mudharat di atas manfaat.
- Ditangguhkan sementara hingga ke waktu yang sesuai, karena hikmah yang terkandung atau ujian kesabaran bagi hamba yang berdoa tersebut.
- Tidak dikabulkan tetapi dijadikan sebagai kafarah penghapus dosa.
4. Para Mujahid di bawah jaminan Allah
Diantara kemuliaan para Mujahid di jalan Allah adalah Allah meletakkan mereka di bawah jaminan dan tanggungan-Nya. Hadits-hadits berikut menerangkan betapa besarnya kemuliaan yang diperolehi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيمَةٍ وَرَجُلٌ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيمَةٍ وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
“Tiga kumpulan manusia, semua mereka mendapat jaminan Allah ‘Azza wa Jalla, mereka adalah:
- Seseorang lelaki yang keluar berperang di Jalan Allah, maka jaminan Allah ke atasnya sehingga dia diwafatkan dan dimasukkan ke dalam syurga atau dikembalikannya dengan hasil pahala dan harta keuntungan (rampasan perang).
- Seseorang lelaki yang pergi ke masjid, maka jaminan Allah ke atasnya sehingga dia diwafatkan atau dikembalikan dengan hasil pahala dan harta keuntungan.
- Seseorang lelaki yang memasuki rumahnya dengan membaca salam maka jaminan Allah ‘Azza wa Jalla ke atas dia.” (Sahih Sunan Abu Daud – no: 2494 (Kitab Al-Jihad, bab Keutamaan berperang di lautan)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمْ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ.
“Ada tiga golongan manusia yang menjadi kewajiban bagi Allah untuk menolong mereka, yaitu:
- Seorang Mujahid di Jalan Allah.
- Seorang hamba yang mengusahakan kemerdekaannya.
- Seorang yang ingin menikah karena ingin menjaga dirinya (dari hal yang haram).” (Sahih Sunan At-Tirmizi – no: 1655 (Kitab Keutamaan Jihad, bab Berkenaan seorang Mujahid, hamba ……)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,
تَكَفَّلَ اللَّهُ لِمَنْ جَاهَدَ فِي سَبِيلِهِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِهِ وَتَصْدِيقُ كَلِمَاتِهِ بِأَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرْجِعَهُ إِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِي خَرَجَ مِنْهُ مَعَ مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ.
“Allah menjadi penanggung bagi seseorang yang berjihad di Jalan Allah, tidak ada yang menhttps://abujibriel.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpggnya keluar melainkan untuk berjihad di Jalan Allah dan membenarkan kalimah-kalimah Allah, bahwasanya dia akan dimasukan ke syurga atau dikembalikan ke tempat yang pada asalnya dia keluar bersama pahala dan harta rampasan perang.” (Sahih Al-Bukhari – no: 7457 (Kitab At-Tauhid, bab firman Allah……as-Saffat 37:171)
5. Pintu-pintu langit dibuka untuk para Mujahid
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
سَاعَتَانِ تُفْتَحُ فِيْهِمَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَقَلَّمَا تُرَدُّ عَلَى دَاعٍ دَعْوَتُهُ: لحِضُورِ الصَّلاَةِ، وَالصَّفِّ فِي سَبِيْلِ اللهِ.
“Dua saat (ketika) dimana pintu-pintu langit dibuka dan jarang sekali ditolak doa orang yang berdoa: (1) Ketika hadir dalam sholat dan (2) Ketika di perbarisan dalam Jihad di Jalan Allah.” (Sahih Al-Jamii’ al-Sagheir – no: 3587)
6. Syurga berada di bawah pedang para Mujahid
Abdullah bin Abi Aufa radhiallahu ‘anhu menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada satu ketika sedang menunggu kedatangan musuh hingga hampir terbenam matahari, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri lalu berkhutbah,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَاسْأَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوفِ. ثُمَّ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ الأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ.
“Wahai manusia! Janganlah mengharapkan pertemuan dengan musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan senantiasa. Apabila kamu menemui musuh maka bersabarlah dan ketahuilah oleh kalian bahwa syurga terletak di bawah naungan pedang.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berdoa: “Ya Allah,Yang menurunkan kitab dan Yang menjalankan awan dan Yang mengalahkan musuh-musuh bersekutu, kalahkanlah mereka dan bantulah kami di atas mereka.” (Sahih Muslim – no: 1742 (Kitab Al-Jihad dan Al-Sayar, bab Jangan mengharapkan pertemuan dengan musuh ……)
Hadits diatas memiliki beberapa pengajaran penting didalamnya yaitu:
- Sekalipun Jihad adalah amalan paling utama dan penting, ia tidaklah berarti Islam menganjurkan peperangan sesuka hati. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits di atas: “Janganlah mengharapkan pertemuan dengan musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan senantiasa” menegaskan hal ini. Islam lebih menekankan dakwah, perjanjian perdamaian atau apapun cara lain yang dapat mengelakkan peperangan.
- “Syurga terletak di bawah naungan pedang” bukanlah berarti pula hanya melalui senjata pedang saja, tetapi adalah umum kepada semua jenis senjata peperangan seiring dengan peredaran zaman. Pengkhususan kepada senjata pedang dalam hadits di atas adalah karena ia adalah senjata yang paling terkenal di zaman itu.
- Hadits di atas diakhiri dengan doa dan ini menunjukkan bahwa doa tidak terlepas daripada ekspedisi Jihad seseorang di Jalan Allah.
Di satu peristiwa Jihad dimana tentara Muslim berada di medan pertempuran dengan musuh, Abdullah bin Qais radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوفِ.
“Sesungguhnya pintu-pintu syurga berada di bawah naungan pedang.”
Maka berdirilah seorang lelaki yang sederhana dan berkata, “Wahai Abu Musa! Kamukah yang mendengar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sedemikian?” Jawab Abdullah bin Qais, “Ya !”
Lalu lelaki tersebut pergi kepada sahabat-sahabatnya dan berkata, “Aku memberi salam kepada kalian.” Kemudian dia mematahkan sarung pedangnya lalu dicampakkannya, dia terus maju (ke medan peperangan) dengan pedangnya dan memukul dengannya sehingga dia terbunuh. (Sahih Muslim – no: 1902 (Kitab Al-Imarah, bab Balasan syurga bagi seorang syahid)
7. Kepentingan anak panah seseorang Mujahid
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ رَمَى بِسَهْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ لَهُ عَدْلُ مُحَرَّرٍ.
“Barangsiapa yang melepaskan satu anak panah dalam Jihad di Jalan Allah maka dia memperoleh pahala seumpama membebaskan seorang hamba.” (Sahih Sunan At-Tirmizi – no: 1638 (Kitab Keutamaan Jihad, bab Berkenaan keutamaan Memanah di Jalan Allah)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ الثَّلاَثَةَ الْجَنَّةَ صَانِعَهُ يَحْتَسِبُ فِي صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِيَ بِهِ وَالْمُمِدَّ بِهِ. وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْمُوا وَارْكَبُوا وَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا. وَكُلُّ مَا يَلْهُو بِهِ الْمَرْءُ الْمُسْلِمُ بَاطِلٌ إِلاَّ رَمْيَهُ بِقَوْسِهِ وَتَأْدِيبَهُ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتَهُ امْرَأَتَهُ فَإِنَّهُنَّ مِنْ الْحَقِّ.
“Sesungguhnya Allah akan memasukkan – lantaran sebuah anak panah – 3 orang ke dalam syurga: (1) pembuatnya yang berniat baik dalam membuatnya, (2) pemanahnya, dan (3) orang yang membantu dia memanahnya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menambahkan: “Jadilah kalian pasukan memanah dan pasukan berkuda. Dan sesungguhnya pasukan memanah lebih aku sukai daripada pasukan berkuda.”
“Setiap apa yang dijadikan permainan oleh seseorang muslim adalah bathil kecuali (latihan) memanah dengan busurnya, pemeliharaan kuda dan senda-gurau bersama isterinya. Semua itu adalah hal yang benar.” (Dha‘if Sunan Ibn Majah – no: 563 (Kitab Al-Jihad, bab Memanah di Jalan Allah)
Jika sebelumnya diterangkan keutamaan berpedang dalam Jihad di Jalan Allah, dua hadits terakhir di atas menerangkan pula keutamaan memanah dalam Jihad di Jalan Allah.
Himpunan antara hadits-hadits ini menunjukkan wujudnya strategi peperangan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di zamannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memisah-misahkan antara pasukan berpedang dan pasukan memanah dimana masing-masing memiliki peranannya bergantung kepada situasinya.
Walhasil Jihad di Jalan Allah bukanlah amalan tergesa-gesa lagi berpecah-belah tetapi adalah amalan yang tersusun lengkap dengan pelbagai strategi dan rencana peperangan. Ia memerlukan persiapan dan perancangan jangka masa pendek dan panjang.
Satu contoh strategi peperangan ialah pura-pura berundur ke belakang, sebagaimana yang dikhabarkan oleh al-Qur’an,
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang marah menyerang, maka janganlah kamu berpaling undur dari menentang mereka.”
“Dan barangsiapa berpaling undur dari menentang mereka pada ketika itu – kecuali ia bergerak ke arah lain (untuk menjalankan tipu-muslihat) peperangan, atau hendak menyatukan diri dengan pasukan yang lain ……… (QS. al-Anfal, 8:15-16)
Petunjuk lain hadits di atas yang perlu diambil perhatian ialah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Setiap apa yang dijadikan permainan oleh seseorang muslim adalah bathil kecuali (latihan) memanah dengan busurnya, pemeliharaan kuda dan senda-gurau bersama isterinya. Semua itu adalah hal yang benar.”
Bermain dan bersukaan adalah sesuatu yang bermanfaat untuk kesehatan mental dan fisik. Akan tetapi Islam bukanlah agama yang mementingkan individu saja, ia juga mementingkan nasib umat secara keseluruhannya. Justru Islam hanya memandang benar permainan yang dengannya dapat tercapai dua manfaat, yaitu (1) manfaat kesehatan seseorang individu, dan (2) manfaat umat apabila wujudnya suasana yang memerlukan mereka turun ke medan Jihad di Jalan Allah.
Karena itu dua daripada tiga permainan yang dianggap benar oleh Islam ialah latihan memanah dan pemeliharaan kuda. Dua perkara ini adalah sesuatu yang sangat penting di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ingin umat Islam senantiasa dalam keadaan bersiap-sedia untuk menghadapi serangan musuh pada saat kapanpun.
Pasti saja dengan peredaran zaman, senjata panah dan kendaraan kuda digantikan dengan sesuatu lain yang lebih efektif. Namun yang terpenting, umat Islam senantiasa dalam keadaan bersiap-sedia apabila suasana mewajibkannya.
Berbeda sekarang ini dimana umat hanya disibukkan oleh permainan-permainan yang tidak dapat membantunya apabila kewajiban Jihad menjadi benar. Sepak bola, badminton, tenis, golf, memancing, dan sebagainya adalah permainan yang baik untuk kesehatan tetapi ia tidak dapat melatih seseorang itu menjadi prajurit yang dapat bergegas serta-merta ke medan peperangan. Apabila musuh melanggar negara sehingga berdiri di hadapan pintu-pintu rumah, umat tidak akan mampu membela negara dan keluarga sendiri karena selama ini mereka tidak pernah bersiap-sedia untuk menghadapinya. Padahal musuh senantiasa bersiap-sedia……hanya menunggu masa dan ketika.
Oleh karena itu, perhatikanlah benar-benar dan ambillah ikhtibar daripada penegasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Setiap apa yang dijadikan permainan oleh seseorang muslim adalah batil kecuali (latihan) memanah dengan busurnya, pemeliharaan kuda dan senda-gurau bersama isterinya. Semua itu adalah hal yang benar.”
Insyaa Allah berlanjut…
(oleh Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman)