Bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan, bulan ibadah, bulan jihad dan dzikrullah, dan bulan yang paling banyak diturunkan rahmat, barakah, dan maghfirah Allah Swt. Oleh karena itu, setiap mukmin yang shalih mestilah merindukan dan mendambakan kehadiran bulan tersebut untuk mendapatkan cucuran rahmat Allah, maghfirah, dan barakahNya.
Mentaati Allah dalam segala perintah dan larangannya mestilah mengikuti sunnah Rasulullah Saw, karena sesungguhnya ketaatan kepada Rasulullah itu berarti ketaatan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” [QS. An Nisaa’, 4: 80]
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” [QS. Ali Imran, 3: 31-32]
Dan dalam sebuah riwayat Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak. Ditanya: siapakah yang menolak ya Rasulullah? Jawab Nabi: Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang maksiat (menentang) berarti dia menolak.” [HR. Bukhari]
Dari Abu Hurairah Ra ia berkata, bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda:
“Barangsiapa mentaati aku, maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah, dan barangsiapa mendurhakai aku, maka sesungguhnya ia telah mendurhakai Allah.” [HR. Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah]
Dan orang-orang yang beramal tidak mengikuti sunnah Rasulullah saw maka amalnya tertolak. Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan satu amalan yang tidak ada perintah kami di dalamnya (atau yang tidak kami contohkan) maka amalan itu tertolak.“ [HR. Muslim]
Di antara Sunnah Nabi saw yang harus dicontohi adalah:
1) MEMPERBANYAK PUASA SUNNAH
‘Aisyah Ra berkata:
“Tidak pernah Rasulullah saw berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya dalam bulan Sya’ban, adakalanya sebulan penuh. Dan adakalanya hampir penuh hanya sedikit yang tidak puasa.” [HR. Bukhari Muslim]
Berkata ‘Aisyah Ra:
“Tidak kelihatan oleh saya Rasulullah saw melakukan puasa dalam waktu sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu bulanpun yang hari-harinya lebih banyak dipuasakan Nabi daripada bulan Sya’ban.” [HR. Bukhari Muslim]
Dari Usamah bin zaid Ra, katanya:
“Tanya saya, Ya Rasulullah! Kelihatannya tidak satu bulanpun yang lebih banyak anda puasakan dari bulan Sya’ban ! Jawab Nabi: Bulan itu sering dilupakan orang karena letaknya antara rajab dan ramadhan, sedang pada bulan-bulan itulah diangkatnya amalan-amalan kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin. Maka saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya dalam berpuasa”. [HR. Abu Daud & An-Nasa-I dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah]
Dari Abu Hurairah Ra, Nabi Saw bersabda:
“Janganlah salah seorang dari kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang memang berpuasa sebelumnya, maka hendaklah ia berpuasa hari itu.” [HR. Bukhari Muslim]
Dari Abu Hurairah Ra, Nabi Saw bersabda:
“Jika Sya’ban tinggal setengahnya, maka janganlah berpuasa!” [HR. Turmudzi]
Ucapan Rasulullah Saw di akhir bulan Sya’ban:
“Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, di mana Allah mewajibkan kamu berpuasa, di saat dibuka pintu-pintusyurga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syetan-syetan, dan di mana dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu malam. Maka barangsiapa yang tidak berhasil beroleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia mendapatkan itu buat selama-lamanya.” [HR. Ahmad, Nasai & Baihaqi]
Kesimpulan :
Dari hadits-hadits shahih di atas, maka sunnah Rasulullah saw berpuasa penuh di bulan sya’ban atau beberapa hari tidak berpuasa sebelum ramadhan. Dan Rasulullah saw tidak memerintahkan atau menganjurkan ummatnya supaya mengkhususkan berpuasa atau beribadah di malam nishfu Sya’ban.
Berkata Ibnu Taimiyah rhm, “Berpegang teguh kepada sunnah adalah keselamatan, karena sunnah menurut Imam Malik bagaikan perahu nabi Nuh. Siapa yang menaikinya pasti selamat, siapa yangberpaling pasti tenggelam. Adapun bid’ah adalah segala yang tidak disyari’atkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih sekalipun diucapkan dan diperbuat oleh seseorang, sesungguhnya hal tersebut bukanlah syari’at. Karena Allah dan Rasul-Nya tidak menintainya.” (Kitab Al-‘Ubudiyah Ibnu Taimiyah)
Berkata Syeikh Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, “Adapun berpuasa khusus pada Nishfu Sya’ban (pertenaghan bulan Sya’ban) karena menyangkanya ada kelebihannya dari hari-hari dan malam-malam yang lain maka tidak ada satu dalil pun yang sah dan shahih.” (Fiqh Sunnah, Jilid I . hal 382).
2) MEMPERBANYAK QIYAMULLAIL
Adalah Rasulullah Saw sebelum Qiyamullail membaca doa:
“Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui hal yang ghaib dan nyata, Engkau memberikan keputusan (hukum) terhadap apa yang diperselisihkan oleh hamba-hambaMu. Maka tunjukkanlah aku –dengan izinMu– kepada kebenaran dari apa yang diperselisihkan. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapapun yang engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.” [HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi]
Dari Ma’dan bin Abi Thalhah, beliau berkata: Saya bertemu dengan Tsauban, hamba yang dimerdekakan oleh Rasulullah saw dan saya berkata: Kabarkan kepada saya tentang amal yang dapat saya lakukan sehingga Allah akan memasukkan saya ke surga atau kabarkan kepadaku tentang amal yang paling disukai Allah. Maka dia (Tsauban) diam, kemudian saya bertanya lagi, diapun tetap berdiam diri. Saya bertanya lagi untuk kali ketiga, maka dia berkata: Saya telah menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw, maka beliau bersabda:
“Tetaplah kamu untuk memperbanyak sujud. Ini karena tidaklah engkau sujud sekali kepada Allah melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dan akan menghapuskan satu kesalahan.” [HR. Muslim, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah]
Dari Ubadah bin Shamit Ra bahwa beliau mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklah seseorang sujud satu kali kepada Allah kecuali Dia akan menulis baginya satu kebaikan dan menghapus satu keburukan darinya dan meninggikan satu derajat. Oleh itu, perbanyaklah bersujud.” [HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih]
Dari Hudzaifah Ra beliau berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak ada suatu perbuatan hamba yang lebih disukai Allah daripada ketika Allah melihatnya sedang sujud sambil membenamkan wajahnya ke dalam tanah (debu).” [HR. At Thabrani dalam Al Awsath]
Dari Abu Firas Rabiah bin Kaab Al Aslami Ra, beliau berkata bahwa pembantu Rasulullah Saw dan termasuk ahli Suffah berkata: Saya bermalam bersama Rasulullah Saw kemudian kuambilkan air wudhu dan keperluannya yang lain. Maka Rasulullah bersabda kepadaku:
“Mintalah kepadaku! Sayapun berkata: Saya minta sebagai kawanmu masuk surga. Beliau bersabda: Atau yang lain? Itu saja yang aku minta. Beliau bersabda: Maka bantulah saya untuk dirimu dengan memperbanyak sujud.” [HR. Muslim]
Dari Jabir Ra beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya pada malam hari ada suatu waktu yang tidaklah seorang muslim menemukannya lalu dia meminta kepada Allah suatu kebaikan pada waktu itu, dalam urusan dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan mengabulkannya. Dan waktu seperti itu ada pada setiap malam.” [HR. Muslim]
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al Kabir dari Abu Malik Al Asy’ari, beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila seorang lelaki bangun malam lalu membangunkan istrinya, dan apabila istrinya masih malas untuk bangun maka dia memercikkan air ke wajah istrinya sehingga dia bangun, lalu mereka mengerjakan shalat di dalam rumahnya, kemudian keduanya berzikir kepada Allah swt beberapa lama pada malam itu, maka diampunilah dosa mereka.”
Dan dari Mughirah bin Sukhah Ra beliau berkata: Nabi Saw shalat malam sampai kakinya bengkak. Maka dikatakan kepadanya: Allah telah mengampuni dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang. Beliau bersabda:
“Aku lebih senang menjadi hamba yang banyak bersyukur.” [HR. Bukhari, Muslim, dan An Nasa]
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra, beliau berkata: Rasulullah Saw telah memerintahkan kepada kami untuk shalat malam dan suka dengannya sehingga selalu beliau bersabda:
“Tetaplah kamu sekalian mengerjakan shalat malam walaupun beberapa rakaat.” [HR. At Thabrani dalam Al Kabir Al Awsath]
Dari Abu Hurairah Ra, beliau berkata: Saya berkata kepada Rasulullah Saw: Wahai Rasulullah, tiap saya melihat engkau maka senanglah hatiku dan segarlah mataku. Kabarkanlah kepadaku tentang segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda: Segala sesuatu diciptakan dari air. Maka sayapun berkata: Kabarkanlah sesuatu kepadaku tentang amal yang jika aku kerjakan aku akan masuk surga. Rasulullah Saw bersabda:
“Berilah makan pada orang lain, sebarkanlah salam, sambungkanlah tali persaudaraan, dan dirikanlah qiyamullail (shalat malam) ketika manusia sedang tidur, maka engkau akan masuk surga dengan aman.” [HR. Ahmad, Ibnu Abi ad Dun-ya, & Ibnu Hibban]
Dari Abu Malik Al-Asy’ari Ra, beliau berkata bahwa Nabi Saw bersabda:
“Sesungguhnya di dalam surga itu ada sebuah kamar, luarnya nampak dari dalam dan dalamnya nampak dari luar, yang disediakan Allah kepada orang-orang yang memberi makan kepada orang lain, menyebarkan salam, dan shalat malam tatkala manusia lain sedang tidur.” [HR. Ibnu Hibban]
3) MEMPERBANYAK ISTIGHFAR DAN TAUBAT
Di antara fadhilah istighfar ialah menentramkan jiwa yang resah dan gelisah, menenangkan fikiran yang kusut, menghilangkan bisikan dan godaan syaitan, dan mendatangkan kecintaan Allah Swt.
Al Aghror Al Muzany Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya adakalanya timbul perasaan di dalam hatiku, maka saya membaca istighfar (minta ampun) dalam sehari seratus kali.” [HR Muslim]
Abu Hurairah Ra berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Demi Allah, saya membaca istighfar (minta ampun) dan bertaubat kepada Allah tiap hari lebih dari tujuh puluh kali.” [HR. Bukhari]
Ibnu Abbas Ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang tetap membaca istighfar, Allah akan melepaskan dari segala kesulitan dan melapangkan segala kesempitan, dan memberinya rizki yang tidak terhitung (disangka-sangka).” [HR. Abu Daud]
Syaddad bin Aus berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw: Kepala dari bacaan Istighfar (Sayyidul Istighfar) adalah:
“Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada tuhan kecuali Engkau, Engkau menjadikan diriku, dan aku hambaMu, dan tetap pada janjiMu dan perintahMu, sekuat tenagaku aku berlindung kepadaMu dari kejahatan perbuatanku, aku mengakui nikmat karuniaMu kepadaku, dan mengakui pula dosa-dosaku, maka ampunkan bagiku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” [HR. Bukhari]
Berkata Abu Bakar Ra: Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku satu do’a yang dengannya aku berdo’a di dalam shalatku. Lalu bersabdalah beliau : Katakanlah (ucapkanlah):
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah mendzalimi diri dengan kedzaliman yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau, maka ampunilah daku dengan satu pengampunan dari sisi Engkau dan rahmatilah daku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” [HR. Bukhari & Muslim]
“Ya Allah, ya Tuhanku. Ampunilah segala dosaku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat dan Engkau Yang Maha Penyayang.”
4) MEMPERBANYAK ZIKRULLAH
Wahai para mukminin dan mukminat, marilah kita perbanyak zikrullah karena ia mempunya banyak manfaat. Ibnul Qayyim telah menemukan sekitar 80 manfaat zikir. Beliau mengatakan manfaatnya tidak terbatas, di antara manfaat-manfaat itu: mengusir syaitan, menggapai ridha Allah swt, ridha menerima taqdir Allah, memberikan ketenangan jiwa, menghilangkan waktu kosong, kesedihan dan keresahan, mengumpulkan kekuatan dan tenaga (rohani), memperoleh pahala yang agung, menghapuskan segala dosa, hati menjadi tenang dan tentram, serta memantapkan iman.
Inilah perintah Allah Swt supaya kita banyak berzikir kepadaNya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” [QS. Al Ahzab, 33: 41-42]
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [QS. Al Baqarah, 2: 152]
FirmanNya lagi:
“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” [QS. Thaaha, 20: 130]
Abu Musa Al Asy’ari ra berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw:
“Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dan orang yang tidak berzikir kepada Allah, bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati. (HR Bukhari). Dan dalam riwayat Muslim: “Perumpamaan rumah yang dipergunakan zikir kepada Allah di dalamnya dan rumah yang tidak ada zikrullah di dalamnya, bagaikan perbedaan antara yang hidup dan yang mati.”
Abdullah bin Busr ra berkata: Seorang bertanya: Ya Rasulullah! Syariat Islam sangat banyak amal kebaikannya, maka ajarkanlah kepadaku sesuatu yang akan saya pegang baik-baik. Jawab Nabi saw:
“Hendaknya tetap selalu lidahmu basah dari zikir (ingat) kepada Allah.” [HR. Tirmidzi]
5) MEMPERBANYAK MEMBACA AL QURAN
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahwa sesungguhnya Nabi Saw telah bersabda:
“Shaum dan Quran itu memintakan syafaat untuk seorang hamba di hari kiamat nanti. Shaum berkata: Wahai Rabbku, aku telah mencegahnya memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Dan berkata pula Al Quran: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia tidur di malam hari (karena membacaku), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafaat.” [HR. Ahmad]
Dari Abu Umamah Ra, ia berkata bahwa Rasullah Saw telah bersabda:
“Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya Al Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” [HR. Muslim]
Dari Ibnu Abbas Ra:
“Adalah Nabi saw seorang manusia yang sangat dermawan (dalam kebaikan) dan beliau paling dermawan pada bulan Ramadhan di kala beliau berjumpa dengan Jibril as. Dan adalah beliau berjumpa dengan Jibril pada setiap malam di bulan Ramadhan, kemudian Jibril mengajarkan atau mentadaruskan Al Quran kepada beliau. Dan adalah Rasulullah saw sangat dermawan dalam kebaikan (dibulan ramadahan) lebih cepat dari angin yang berhembus.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Wallahu ’alam…
2 Responses
Assalamu’alaikum, afwan ustadz, mohon djlaskan sdikit ttg poin hadist Tirmidzi yg dsebutkan diatas bhw “jika sya’ban tinggal stengahnya maka jgnlah brpuasa”… (apakah ini brarti tdk baik utk shaum mlewati prtengahan hgg akhir sya’ban? smisal shaum senin-kamis dspanjang sya’ban)jazakallahu y ustadz. wassalamu’alaikum
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337) Dalam lafazh lain, “Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka tidak ada puasa sampai datang Ramadhan.” (HR. Ibnu Majah no. 1651)
Sebenarnya para ulama berselisih pendapat dalam menilai hadits-hadits di atas dan hukum mengamalkannya. Di antara ulama yang menshahihkan hadits di atas adalah At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ath Thahawiy, dan Ibnu ‘Abdil Barr. Di antara ulama belakangan yang menshahihkannya adalah Syaikh Al Albani rahimahullah.
Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits yang mungkar dan hadits mungkar adalah di antara hadits yang lemah. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah ’Abdurrahman bin Mahdiy, Imam Ahmad, Abu Zur’ah Ar Rozi, dan Al Atsrom. Alasan mereka adalah karena hadits di atas bertentangan dengan hadits, “Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa.” (HR. Muslim no. 1082). Jika dipahami dari hadits ini, berarti boleh mendahulukan sebelum ramadhan dengan berpuasa dua hari atau lebih.
Al Atsrom mengatakan, “Hadits larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban bertentangan dengan hadits lainnya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya (mayoritasnya) dan beliau lanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan. Dan hadits di atas juga bertentangan dengan hadits yang melarang berpuasa dua hari sebelum Ramadhan. Kesimpulannya, hadits tersebut adalah hadits yang syadz, bertentangan dengan hadits yang lebih kuat.”
At Thahawiy mengatakan bahwa mayoritas ulama memang tidak mengamalkan hadits tersebut. Namun ada pendapat dari Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyah, juga hal ini mencocoki pendapat sebagian ulama belakangan dari Hambali. Mereka mengatakan bahwa larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban adalah bagi orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa ketika itu. Jadi bagi yang memiliki kebiasaan berpuasa (seperti puasa senin-kamis), boleh berpuasa ketika itu, menurut pendapat ini. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, 244-245)Wallahu a’lam