Kekuatan Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yaitu:

Pertama : kekuatan iman dan aqidah.

Kedua : kekuatan ukhuwah dan ikatan hati.

Ketiga : kekuatan kepemimpinan dan senjata.

Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam atas muka bumi ini.

Pada abad ke-15 Hijriah ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam. Jika salah satu dari ketiga unsur kekuatan ini hilang,maka sangat sulit bagi umat Islam meraih kembali kejayaan yang pernah diraih diwaktu yang lampau.

Imam Malik rahimahullahu Ta’ala berkata

لَنْ يَصْلُحَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا .

“Sekali-kali tidak akan menjadi baik akhir kehidupan ummat ini kecuali dengan apa yang pernah menjadikan nya baik pada awalnya.” (Asy Syifa fi Huquuqil Musthafa 2/88, oleh Al-Qadhi ‘Iyadh)

Kedudukan Ukhuwah dalam Islam

1. Ukhuwah Islamiyah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan.

Allah berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Wahai kaum mukmin, teguhkanlah diri kalian dalam melaksanakan Islam secara utuh. Janganlah kalian mengambil sebagian syari’at, tetapi mening­galkan sebagian lainnya. Ingatlah nikmat Allah kepada kalian. Ketika kalian masih kafir pada jaman jahiliyah kalian bermusuhan, kemudian Allah satukan hati kalian dengan Islam, sehingga kalian menjadi bersaudara karena Islam. Pada jaman jahiliyah kalian mengalami masa kerusakan moral, lalu Allah selamatkan kalian dari kerusakan moral itu. Demikianlah Allah menje­laskan syari’at-Nya kepada kalian supaya kalian memperoleh petunjuk untuk hidup bersaudara.” [QS Ali Imran 3: 103]

2. Ukhuwah adalah pemberian Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ

“…Wahai Muhammad, sekiranya kamu membe­lanjakan semua kekayaan yang ada di bumi ini untuk menyatukan hati kaum mukmin, niscaya kamu tidak akan dapat menyatukan hati mereka. Akan tetapi Allah lah yang menyatukan hati mereka.…” [QS. Al-Anfal, 8: 63]

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ

“…Ingatlah nikmat Allah kepada kalian. Ketika kalian masih kafir pada jaman jahiliyah kalian bermusuhan...” [QS. Ali Imran, 3: 103]

3. Ukhuwah adalah kelembutan, cinta, dan kasih sayang

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ ، وَتَرَاحُمِهِمْ ، وَتَعَاطُفِهِمْ ، مَثَلُ الْجَسَدِ ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى .

“Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” [HR. Muslim]

4. Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh.

Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah akat tetap kokoh.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا .

“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” [HR. Bukhari]

5. Ukhuwan tak bisa dibeli dengan uang atau sekedar kata-kata. Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati.

Dan ukhuwah merupakan karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang shalih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ آلِفٌ مَأْلُوفٌ ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ .

“Seorang mukmin itu hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi yang tidak hidup rukun dan harmonis.”

6. Dan ukhuwah Islamiyah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [QS. Al-Hujurat, 49: 10]

Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” [QS. Al-Zukhruf, 43: 67]

Syarat dan Hak Ukhuwah

1. Hendaknya bersaudara untuk mencari keridhaan Allah, bukan kepentingan atau berbagai tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah, mengokohkan internal umat Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi pemikiran dan militer yang menghujam agama dan akidah umat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya…” [HR. Bukhari]

2. Hendaknya saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan duka, senang atau tidak, mudah maupun susah. Rasul bersabda, “Muslim adalah saudara muslim, ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya… tidak boleh seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam.” [HR. Muslim]

3. Memenuhi hak umum dalam ukhuwah Islamiyah. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ : إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ .

“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam,

“(1) Apabila kamu bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya,

(2) Apabila dia mengundangmu, maka penuhilah undangannya,

(3) Apabila dia meminta nasihat kepadamu, maka berilah nasihat kepadanya,

(4) Apabila dia bersin lalu memuji Allah, maka doakanlah dia -dengan bacaan yarhamukallah-,

(5) Apabila dia sakit, maka jenguklah dia,

(6) Dan apabila dia meninggal, maka iringilah jenazahnya.” [HR. Muslim]

Contoh Penerapan Ukhuwah Islamiyah

1. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj.

Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, “Bersaudaralah karena Allah dua-dua.”

Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman.

Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, “Biarkanlah harta, rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar.” Maka Abdurrahman meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya, sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.

Allah berfirman, “Bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madiah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah pada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang diperlihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [QS: Al-Hasyr: 8-9]

2. Persaudaraan yang sejati ialah Persaudaraan seiman.

Setelah perang Badar, kaum Muslimin menawan 70 orang musyrikin. Salah seorang dari kaum musyrik itu bernama Aziz, saudara kandungnya sahabat Rasul bernama Mus’ab bin Umair.Ketika Mus’ab melihat saudara kandungnya, ia berkata pada saudaranya yang muslim, “Kuatkanlah ikatannya. Mintalah uang darinya sesukamu, karena ibunya memiliki banyak uang.” Dengan terkejut Aziz berkata, “Apakah seperti ini wasiatmu atas saudaramu?” Mus’ab berkata, “Kamu bukan saudaraku, akan tetapi dia (sambil menunjuk seorang Muslim).” Ini menunjukkan bahwa ukhuwah atas dasar agama lebih kuat dari hubungan darah.

3. Pernah seorang sahabat Rasulullah memberikan segelas air kepada salah satu teman-temannya yang sedang mengembala kambing. Temannya tersebut memberikan air kepada teman kedua. Yang kedua memberikan kepada yang ketiga. Begitulah seterusnya, hingga air tersebut kembali pada yang memberikan air pertama kali, setelah tujuh kali air itu berpindahan tangan.

4. Salah seorang sahabat Rasul bernama Masruq memiliki hutang yang banyak. Namun karena saudaranya bernama Khaitsamah juga berhutang, maka Masruq membayar hutang Khaitsamah tanpa sepengetahuannya. Sedangkan Khaitsamah, mengetahui saudaranya masruq memiliki hutang yang banyak, ia pun membayarnya tanpa sepengetahuannya Masruq.

Wallahu’alam bish shawab…

One Response

  1. Luar biasa Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dalam masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yaitu:
    Pertama : kekuatan iman dan aqidah.
    Kedua : kekuatan ukhuwah dan ikatan hati.
    Ketiga : kekuatan kepemimpinan dan senjata.

    ____
    dengan merujuk Ukhuwah ketiga, tidak heran yah, dimana ada islam di situ pula ada kekerasan
    melihat di tempat asalnya, bunuh membunuh adalah hal yang lumrah.

    apakah ada negara yang akar budayanya 15L4M hidup damai dan tentram ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *