Kehadiran dan keberadaan kaum Muslim ditengah kehidupan Manusia dibumi bukanlah sebagai bunga hiasan, yang setelah masa mekarnya usai kemudian layu, lantas musnah. Tidak lebih dari sekadar proses menunggu giliran untuk mati. Tetapi, mereka diutus sebagai manusia terbaik untuk menegakkan kebenaran, dipundaknya terdapat beban berat dan tugas besar serta mulia, yang sekaligus sebagai tugas utamanya, yaitu menegakkan dienullah (Agama Allah) secara bersama-sama mengikuti metode kenabian,bukan mengikuti ijtihad peribadi atau kelompok. Maklumat ini dengan jelas dapat dibaca dalam ayat berikut:
“… Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (QS. Asy Syura 42:13)
Sementara, untuk merealisasikan tugas utama itu, selain dengan iman yang benar (mantap) dan ilmu yang mendalam(luas), kekuatan persenjataan tangguh dan dana yang mencukupi, hal yang paling dibutuhkan sebagai syarat penentu adalah keberanian untuk mengatakan kepada yang benar itu adalah benar,dan mengatakan kepada yang batil itu batil dan berjihad menegakkan kebenaran. Tanpa adanya keberanian mengangkat senjata menghalau segala perintang agama Allah, maka sulit dibayangkan dapat meraih kejayaan tegaknya syari’ah Allah dan khilafatul Muslimin hanya dengan dakwah dan tabligh saja. Adalah Rasulullah Saw memulai risalahnya dengan dakwah kepada tauhidullah dan mengakhirinya dengan jihad bil Qital.
Karena itulah, Rasulullah saw begitu bersungguh-sungguh mendidik umatnya untuk menyeimbangkan antara dakwah dan jihad. Penyeimbangan antara kedua pilar tegaknya Islam ini begitu kental terlihat dari perjalanan hidup beliau. Da’wah bil Qur’an teraplikasi benar tatkala beliau masih di Makkah, sedangkan Da’wah bis Saif dimulai, bahkan dilakukan sedemikian intensif semenjak beliau bermukim Madinah. Sebagai bukti, selama 10 tahun di Madinah, tak kurang dari 68 peperangan telah beliau pimpin langsung dan puluhan lain dengan pengiriman ekspedisi (perutusan). Inilah fakta historis betapa untuk menegakkan Islam, kaum Muslimin tidak akan pernah dapat memisahkan misi perjuangannya dengan jihad bis Saif.
Selain itu, kebutuhan akan jihad juga merupakan tabiat Agama Allah, bahwa Islam tidak pernah tegak melainkan dengan dua hal yaitu dengan kitab dan besi. Realitas ini segera kelihatan dengan mentadabbur firman Allah swt:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid, 57:25)
Al Imam Ibnu Taimiyyah menafsirkan ayat tersebut melalui beberapa perspektif,beliau berkata:
Pertama, “Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan (timbangan) dan besi. Kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela. Sebagaimana firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami…’. Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan dien, sedangkan dengan mizan (neraca) akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan, dan dengan besi akan tegak hukum hudud.” (Majmu’ Fatawa XXXV/361)
Kedua, “Dan pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syari’at ini yang berupa al Kitab dan as Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah, ‘Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang, orang-orang yang keluar dari ini, yaitu al Qur’an.’” (Majmu’ Fatawa XXV/365)
Ketiga, Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah. (Majmu’ Fatawa XXVIII/396, dan lihat Tafsir Ibnu Katsier serta Tafsir al Azhar)
Itulah nash Qur’ani menjelaskan tentang semangat keberanian berjihaqd dengan besi,berikut berdasarkan ucapan beliau:
Dari Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah ta’ala sajalah yang diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku dan dijadikan hina serta rendah atas orang yang menyelisihi perintahku, dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad no: 4869, 5409)
Adapun orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad hanya semata-mata memerangi suatu kaum, atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang menguasai sejengkal tanah, maka mereka dapat dipastikan belum memahami tabiat agama ini. Karena sesungguhnya jihad merupakan tugas wajib yang tergantung di leher setiap Muslim. Tidak ada jalan menghindar dari kewajiban ini, terlebih untuk masa sekarang dimana keberanian berjihad mutlak di butuhkan. Bahkan, kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyyah:
“Tiada sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmuu’ al Fatawaa, Ibnu Taimiyyah juz 4, hal. 184)
Artinya, jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat dan haji serta kewajiban-kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan haji, maka hendaklah kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan shalat berbenturan; maka kewajiban shalat ditangguhkan sebentar, atau diqashar, atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan jihad. Karena menghentikan jihad sejenak, sama dengan menghentikan gerak laju Agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Jihad merupakan perkara yang sangat penting, karena itu setiap diri dari kita harus menjadi pelopor-pelopor kaum muslimin dan sekaligus perwira ummat ini. Kita adalah perintis kebangkitan di negeri dan wilayah dimana kaki kita dipijakkan. Kita juga laksana detonator (sumbu api) yang siap meledakkan meriam-meriam perjuangan. Sesungguhnya explosive (bahan peledak) yang tidak bekerja (non aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu dengan izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini tidak akan berarti apa pun, tidak akan bernilai, laksana sayap nyamuk yang begitu kecil tetapi membawa manfaat yang besar bagi si nyamuk. Oleh karena itu, janganlah anda berputus asa atau merasa gentar, apalagi kecewa dalam mngemban tugas yang maha berat ini.
Allah swt berfirman:
“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf, 12: 87)
Antum adalah rijal (lelaki sejati) pilihan Allah. Maka pancangkanlah di hadapan antum bahwa jihad adalah risalah, misi dan kewajiban hidup sampai antum bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla kelak. Seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini akan terbeban dosa selama masih terdapat sejengkal bumi Islam yang berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap Muslim akan dihisab (diminta pertanggung-jawabannya) tentang negeri Andalusia (Spanyol), akan dihisab tentang jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia Tengah yang lainnya seperti Palestina, Philipina, Turki dan negara-negara Islam yang berada dibawah cengkeraman musuh. Dan anda tak akan dapat lari dari pertanggung jawaban membela ummat Islam yang sedang teraniaya dan dizalimi oleh kaum kuffar di negara antum sendiri sekarang ini yaitu Indonesia.
Apakah antum menanti datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku tangan membiarkan merajalelanya kezaliman konspirasi Kristen dan Yahudi internasional untuk memusnahkan Islam dan ummatnya? Mengapa antum tidak bangkit mempertahankan kehormatan kaum Muslimin serta membela dan melindungi golongan mustadh’afin?
Firman Allah:
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” (Qs. An Nisaa’, 4: 75)
Sesungguhnya jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi dua syarat yang asas dan pokok. Pertama, sabar yang membuahkan keberanian jitu, terpahat dalam hati dan diikuti oleh seluruh anggota badan. Kedua, dermawan yaitu kesiapan mengorbankan hal yang paling berharga dari diri kita, yaitu jiwa raga, keluarga dan harta.
Kedua syarat tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, karena tergeser oleh sifat pengecut dan rasa takut. Sementara itu, kehebatan dan ketinggian martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka tidak lebih bernilai dari buih di atas banjir besar, tiada nilai dan kualitas. Rasulullah bersabda:
“Hampir semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru, sebagaimana makanan di atas pinggan (piring). Seorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kami yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas air bah. Ia jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena kamu cinta dunia dan takut mati”. Dalam riwayat lain, mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab, “Cintamu terhadap dunia, dan bencimu kepada perang.” (HR Abu Dawud no. 3745; Ahmad no. 8356, 21363)
Terlalu cinta kepada kehidupan dunia dan takut berjihad adalah puncak tragedi kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang sehingga ummat Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau bersabda:
“Bila kamu berjual?beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti ekor?ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003, Lihat Nailul Authar, 5/318; dan Silsilah al Ahaadits ash Shahihah, al?Albani – no: 10, 11).
Wahai para pejuang Islam di seluruh belahan bumi Allah, semut-semut akan melaknat anda karena enggan berangkat jihad. Dan ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi mereka yang mau berjihad saja. Sebab mereka lah yang mengajarkan kebajikan kepada manusia, serta menjaga dan melindungi kebajikan itu dengan pedang, ruh dan darah mereka. Maukah anda sekiranya seluruh makhluq yang ada di daratan dan lautan melaknat anda karena lari dari tugas murni ini?
Firman Allah swt:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Qs. Al Baqarah, 2: 159)
Bebaskanlah diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau dunia beserta kenikmatannya yang sementara, melambai-lambai tangan merayu agar antum mundur dari jalan ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di muka bumi ini. Sayyid Quthb dan Abul Hasan Ali an Nadwi mengatakan tentang orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan, tentang generasi sahabat yang mulia, generasi yang unik, melalui kata-katanya: “Tatkala jiwa mereka telah bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan mereka, namun jiwa mereka tetap tidak pernah kembali bergantung ke atas kemenangan tersebut. Tatkala Allah mengetahui semua ini dari mereka, maka tahulah Dia bahwa mereka telah siap dipercaya mengemban Syari’ah Nya. Lalu Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi dan mengokohkan Dien mereka yang telah diridhai-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:
“Sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang Kami turunkan) sudah tercantum (pada lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan turun diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.” (Qs. Al Anbiyaa’, 21: 105)
Ingatlah, bahwa sekiranya kita mendapatkan kemenangan karena berjihad pada jalan-Nya, maka Allah akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak akan dirugikan walau seberat zarah pun. Dan seandainya kita belum menemui kemenangan, Allah tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat, sedang kita tetap mendapat karunia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas kita untuk tetap sabar dan istiqomah di jalan Jihad sehingga hanya datang dua ketentuan yaitu kita syahid karenanya atau menang dalam kemuliaan. Setiap langkah kaki kita di dunia akan menjadikan neraca timbangan di akhirat terangkat, maka sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan akhirat.
Pena yang menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada al-Haq pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak henti-hentinya menyampaikan da’wah juga pasti akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Dan kepada para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran bagi segenap lapisan masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga memperoleh salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’ah Allah atau syahid di jalan-Nya.
Ibnu Abbas Ra. berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sedekat-dekat manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun Ahli Ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan adapun Ahli Jihad mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang dibawa oleh para Rasul.” (HR Abu Na’im. Ihyaa’ ‘Ulumuddin 1/16).
Inilah Imam an Nawawi, seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di negeri Syam. Namun demikian beliau tidak pernah memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan kepadanya: “Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam?” Maka beliau menjawab: “Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khawatir makan buah-buahan dari kebun-kebun itu.”
Oleh karena itu, hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta. Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan ksatria berkuda di siang hari. Mereka tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang bagaimana pun tingginya dan bagaimana pun sukarnya akan mereka terobos dan mereka lompati.
Tatkala tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: “Saya menghendaki fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk membeli senjata guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama memberikan fatwa seperti yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia adalah Muhyiddin an Nawawi. Zhahir bertanya: “Mana tanda tangan Nawawi?” Mereka menjawab: “Dia menolak memberikan tanda tangan…”
Lalu Zhahir mengutus seorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang, Zhahir bertanya: “Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan musuh. Serangan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin?” Imam Nawawi menjawab: “Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan sekarang saya melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita, emas, tanah, dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli senjata, kemudia sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan pasukan Muslimin, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu…”
Zhahir Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: “Keluarlah engkau dari negeri Syam.” Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya yang asli di desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para ulama, mereka datang menemui Zhahir Bebres dan berkata: “Kami tak mampu hidup tanpa kehadiran Imam Nawawi.”
Maka Zhahir pun mengatakan: “Kembalikanlah dia ke Syam.” Selanjutnya mereka pergi ke Nawa untuk membawa balik Imam Nawawi ke Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan mereka seraya mengatakan: “Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama Zhahir Bebres masih ada di sana.” Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya, Zhahir mati sebulan sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam. Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasannya dan keberaniannya. (Syarah Arba’in: Imam An Nawawi)
Kehadiran dan keberadaan kaum Muslim ditengah kehidupan Manusia dibumi bukanlah sebagai bunga hiasan, yang setelah masa mekarnya usai kemudian layu, lantas musnah. Tidak lebih dari sekadar proses menunggu giliran untuk mati. Tetapi, mereka diutus sebagai manusia terbaik untuk menegakkan kebenaran, dipundaknya terdapat beban berat dan tugas besar serta mulia, yang sekaligus sebagai tugas utamanya, yaitu menegakkan dienullah (Agama Allah) secara bersama-sama mengikuti metode kenabian,bukan mengikuti ijtihad peribadi atau kelompok. Maklumat ini dengan jelas dapat dibaca dalam ayat berikut:
“… Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (QS. Asy Syura 42:13)
Sementara, untuk merealisasikan tugas utama itu, selain dengan iman yang benar (mantap) dan ilmu yang mendalam(luas), kekuatan persenjataan tangguh dan dana yang mencukupi, hal yang paling dibutuhkan sebagai syarat penentu adalah keberanian untuk mengatakan kepada yang benar itu adalah benar,dan mengatakan kepada yang batil itu batil dan berjihad menegakkan kebenaran. Tanpa adanya keberanian mengangkat senjata menghalau segala perintang agama Allah, maka sulit dibayangkan dapat meraih kejayaan tegaknya syari’ah Allah dan khilafatul Muslimin hanya dengan dakwah dan tabligh saja. Adalah Rasulullah Saw memulai risalahnya dengan dakwah kepada tauhidullah dan mengakhirinya dengan jihad bil Qital.
Karena itulah, Rasulullah saw begitu bersungguh-sungguh mendidik umatnya untuk menyeimbangkan antara Dakwah dan Jihad. Penyeimbangan antara kedua pilar tegaknya Islam ini begitu kental terlihat dari perjalanan hidup beliau. Da’wah bil Qur’an teraplikasi benar tatkala beliau masih di Makkah, sedangkan Da’wah bis Saif dimulai, bahkan dilakukan sedemikian intensif semenjak beliau bermukim Madinah. Sebagai bukti, selama 10 tahun di Madinah, tak kurang dari 68 peperangan telah beliau pimpin langsung dan puluhan lain dengan pengiriman ekspedisi (perutusan). Inilah fakta historis betapa untuk menegakkan Islam, kaum Muslimin tidak akan pernah dapat memisahkan misi perjuangannya dengan jihad bis Saif.
Selain itu, kebutuhan akan jihad juga merupakan tabiat Agama Allah, bahwa Islam tidak pernah tegak melainkan dengan dua hal yaitu dengan kitab dan besi. Realitas ini segera kelihatan dengan mentadabbur firman Allah swt:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid, 57:25)
Al Imam Ibnu Taimiyyah menafsirkan ayat tersebut melalui beberapa perspektif,beliau berkata:
Pertama, “Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan (timbangan) dan besi. Kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela. Sebagaimana firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami…’. Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan dien, sedangkan dengan mizan (neraca) akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan, dan dengan besi akan tegak hukum hudud.” (Majmu’ Fatawa XXXV/361)
Kedua, “Dan pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syari’at ini yang berupa al Kitab dan as Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah, ‘Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang, orang-orang yang keluar dari ini, yaitu al Qur’an.’” (Majmu’ Fatawa XXV/365)
Ketiga, Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah. (Majmu’ Fatawa XXVIII/396, dan lihat Tafsir Ibnu Katsier serta Tafsir al Azhar)
Itulah nash Qur’ani menjelaskan tentang semangat keberanian berjihaqd dengan besi,berikut berdasarkan ucapan beliau:
Dari Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah ta’ala sajalah yang diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku dan dijadikan hina serta rendah atas orang yang menyelisihi perintahku, dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad no: 4869, 5409)
Adapun orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad hanya semata-mata memerangi suatu kaum, atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang menguasai sejengkal tanah, maka mereka dapat dipastikan belum memahami tabiat agama ini. Karena sesungguhnya jihad merupakan tugas wajib yang tergantung di leher setiap Muslim. Tidak ada jalan menghindar dari kewajiban ini, terlebih untuk masa sekarang dimana keberanian berjihad mutlak di butuhkan. Bahkan, kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyyah:
“Tiada sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmuu’ al Fatawaa, Ibnu Taimiyyah juz 4, hal. 184)
Artinya, jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat dan haji serta kewajiban-kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan haji, maka hendaklah kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan shalat berbenturan; maka kewajiban shalat ditangguhkan sebentar, atau diqashar, atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan jihad. Karena menghentikan jihad sejenak, sama dengan menghentikan gerak laju Agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Jihad merupakan perkara yang sangat penting, karena itu setiap diri dari kita harus menjadi pelopor-pelopor kaum muslimin dan sekaligus perwira ummat ini. Kita adalah perintis kebangkitan di negeri dan wilayah dimana kaki kita dipijakkan. Kita juga laksana detonator (sumbu api) yang siap meledakkan meriam-meriam perjuangan. Sesungguhnya explosive (bahan peledak) yang tidak bekerja (non aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu dengan izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini tidak akan berarti apa pun, tidak akan bernilai, laksana sayap nyamuk yang begitu kecil tetapi membawa manfaat yang besar bagi si nyamuk. Oleh karena itu, janganlah anda berputus asa atau merasa gentar, apalagi kecewa dalam mngemban tugas yang maha berat ini.
Allah swt berfirman:
“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf, 12: 87)
Antum adalah rijal (lelaki sejati) pilihan Allah. Maka pancangkanlah di hadapan antum bahwa jihad adalah risalah, misi dan kewajiban hidup sampai antum bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla kelak. Seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini akan terbeban dosa selama masih terdapat sejengkal bumi Islam yang berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap Muslim akan dihisab (diminta pertanggung-jawabannya) tentang negeri Andalusia (Spanyol), akan dihisab tentang jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia Tengah yang lainnya seperti Palestina, Philipina, Turki dan negara-negara Islam yang berada dibawah cengkeraman musuh. Dan anda tak akan dapat lari dari pertanggung jawaban membela ummat Islam yang sedang teraniaya dan dizalimi oleh kaum kuffar di negara antum sendiri sekarang ini yaitu Indonesia. Apakah antum menanti datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku tangan membiarkan merajalelanya kezaliman konspirasi Kristen dan Yahudi internasional untuk memusnahkan Islam dan ummatnya? Mengapa antum tidak bangkit mempertahankan kehormatan kaum Muslimin serta membela dan melindungi golongan mustadh’afin?
Firman Allah:
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” (Qs. An Nisaa’, 4: 75)
Sesungguhnya jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi dua syarat yang asas dan pokok. Pertama, sabar yang membuahkan keberanian jitu, terpahat dalam hati dan diikuti oleh seluruh anggota badan. Kedua, dermawan yaitu kesiapan mengorbankan hal yang paling berharga dari diri kita, yaitu jiwa raga, keluarga dan harta.
Kedua syarat tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, karena tergeser oleh sifat pengecut dan rasa takut. Sementara itu, kehebatan dan ketinggian martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka tidak lebih bernilai dari buih di atas banjir besar, tiada nilai dan kualitas. Rasulullah bersabda:
“Hampir semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru, sebagaimana makanan di atas pinggan (piring). Seorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kami yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas air bah. Ia jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena kamu cinta dunia dan takut mati”. Dalam riwayat lain, mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab, “Cintamu terhadap dunia, dan bencimu kepada perang.” (HR Abu Dawud no. 3745; Ahmad no. 8356, 21363)
Terlalu cinta kepada kehidupan dunia dan takut berjihad adalah puncak tragedi kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang sehingga ummat Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau bersabda:
“Bila kamu berjual?beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti ekor?ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003, Lihat Nailul Authar, 5/318; dan Silsilah al Ahaadits ash Shahihah, al?Albani – no: 10, 11).
Wahai para pejuang Islam di seluruh belahan bumi Allah, semut-semut akan melaknat anda karena enggan berangkat jihad. Dan ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi mereka yang mau berjihad saja. Sebab mereka lah yang mengajarkan kebajikan kepada manusia, serta menjaga dan melindungi kebajikan itu dengan pedang, ruh dan darah mereka. Maukah anda sekiranya seluruh makhluq yang ada di daratan dan lautan melaknat anda karena lari dari tugas murni ini?
Firman Allah swt:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Qs. Al Baqarah, 2: 159)
Bebaskanlah diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau dunia beserta kenikmatannya yang sementara, melambai-lambai tangan merayu agar antum mundur dari jalan ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di muka bumi ini. Sayyid Quthb dan Abul Hasan Ali an Nadwi mengatakan tentang orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan, tentang generasi sahabat yang mulia, generasi yang unik, melalui kata-katanya: “Tatkala jiwa mereka telah bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan mereka, namun jiwa mereka tetap tidak pernah kembali bergantung ke atas kemenangan tersebut. Tatkala Allah mengetahui semua ini dari mereka, maka tahulah Dia bahwa mereka telah siap dipercaya mengemban Syari’ah Nya. Lalu Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi dan mengokohkan Dien mereka yang telah diridhai-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:
“Sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang Kami turunkan) sudah tercantum (pada lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan turun diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.” (Qs. Al Anbiyaa’, 21: 105)
Ingatlah, bahwa sekiranya kita mendapatkan kemenangan karena berjihad pada jalan-Nya, maka Allah akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak akan dirugikan walau seberat zarah pun. Dan seandainya kita belum menemui kemenangan, Allah tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat, sedang kita tetap mendapat karunia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas kita untuk tetap sabar dan istiqomah di jalan Jihad sehingga hanya datang dua ketentuan yaitu kita syahid karenanya atau menang dalam kemuliaan. Setiap langkah kaki kita di dunia akan menjadikan neraca timbangan di akhirat terangkat, maka sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan akhirat.
Pena yang menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada al-Haq pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak henti-hentinya menyampaikan da’wah juga pasti akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Dan kepada para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran bagi segenap lapisan masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga memperoleh salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’ah Allah atau syahid di jalan-Nya.
Ibnu Abbas Ra. berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sedekat-dekat manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun Ahli Ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan adapun Ahli Jihad mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang dibawa oleh para Rasul.” (HR Abu Na’im. Ihyaa’ ‘Ulumuddin 1/16).
Inilah Imam an Nawawi, seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di negeri Syam. Namun demikian beliau tidak pernah memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan kepadanya: “Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam?” Maka beliau menjawab: “Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khawatir makan buah-buahan dari kebun-kebun itu.”
Oleh karena itu, hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta. Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan ksatria berkuda di siang hari. Mereka tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang bagaimana pun tingginya dan bagaimana pun sukarnya akan mereka terobos dan mereka lompati.
Tatkala tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: “Saya menghendaki fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk membeli senjata guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama memberikan fatwa seperti yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia adalah Muhyiddin an Nawawi. Zhahir bertanya: “Mana tanda tangan Nawawi?” Mereka menjawab: “Dia menolak memberikan tanda tangan…”
Lalu Zhahir mengutus seorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang, Zhahir bertanya: “Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan musuh. Serangan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin?” Imam Nawawi menjawab: “Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan sekarang saya melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita, emas, tanah, dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli senjata, kemudia sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan pasukan Muslimin, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu…”
Zhahir Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: “Keluarlah engkau dari negeri Syam.” Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya yang asli di desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para ulama, mereka datang menemui Zhahir Bebres dan berkata: “Kami tak mampu hidup tanpa kehadiran Imam Nawawi.”
Maka Zhahir pun mengatakan: “Kembalikanlah dia ke Syam.” Selanjutnya mereka pergi ke Nawa untuk membawa balik Imam Nawawi ke Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan mereka seraya mengatakan: “Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama Zhahir Bebres masih ada di sana.” Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya, Zhahir mati sebulan sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam. Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasannya dan keberaniannya. (Syarah Arba’in: Imam An Nawawi)
Wallahu’alam bish showab…
34 Responses
assalamu’alaikum….
sungguh kajian yg sangat mencerahkan pemikiran. ada sebagian kelompok yg menyatakan bahwa kewajiban kita sekarang adalah dakwah, kewajiban jihad berlaku setelah jelas garis demarkasi antara kaum muslimin dan kaum kuffar, berarti itu setelah tegaknya khilfah. karena indonesia negaranya masih “abu-abu” maka kewajiban kita sekrang hanyalah dakwah.
mohon penjelasannya Ustadz.
jazakalloh khoir atas jawabannya.
assalamu’alaikum warohmatulloh…
syukron atas penjelasannya, sungguh begitu mencerahkan pemikiran.
ada suatu kelompok yg mengatakan bahwa jihad saat ini (kondisi indonesia) adalah dakwah saja tidak mengangkat senjata karena belum jelas garis demarkasi antara pihak muslim dan pihak bathil, berarti kewajiban jihad dalam arti qital itu wajib setelah jelas garis demarkasi itu. yg saya ingin tanyakan pada ustadz, apakah benar seperti itu??
Assalamu’alaikum ust…Tadinya ada mau bertanya hal yang sama seperti yang diajukan akhi irhaby_71…mohon pertanyaan tentang GARIS PEMISAH itu dijawab..untuk penerangan …Syukran….Semoga Ust. selalu ada dalm lindungan-Nya..amiiiiiiin
ya allah jadikanlah aku dan keluargaku menjadi mujahid dan mujahidah….
amien Ya Robbal ‘alamin..
Assalamualaikum.wr.wb.
Ustad ana mau bertanya..tentang sebuah pernyataan yang mengungkapkan bahwa:
1.Dalam kondisi saat ini umat islam dalam keadaan lemah,maka kewajiban kita adalah dakwah saja,belum saatnya mengangkat senjata (Jihad) dan “Jihad kita adalah Dakwah” betulkah pernyataan tersebut?
2.Saat ini begitu banyak kelompok gerakan islam,kepada kelompok yang mana yang kita harus bergabung?
Menegakan Islam itu bukan dengan jihad tapi dengan dakwah..apakah tidak tahu bahwa para nabi yang dicontohkan oleh Allah juga menegakan kebenaran dengan dakwah…apabila tidak bisa serahkan lagi ke Allah..coba lihat contoh, nabi Musa, firaun ditenggelamkan oleh Allah bukan dibunuh nabi Musa, nabi Luth kaumnya dikubur oleh Allah bukan oleh nabi Luth…kenapa kita mendahului Allah untuk memberi azab terhadap manusia sedangkan Allah belum berkehendak…jangan sok tauuuuuuu…
Elo yg sok tau, coba baca lagi sejarah perjuangan nabi,krn berdakwahpun termasuk jihad.
berapakali Nabi terlibat perang dng orang orang kafir ??
kalo yg elo contohkan nabi nabi musa itu melarikan diri untuk menyelamatkan umatnya dikarenakan kalah dalam hal jumlah dan kekuatan. dasar “abahatep” ini mungkin orang yang nggak pernah membaca sejarah yg dia baca hanyalah buku dongeng yg kebenarannya 0,000%.
Emang elo hidup dijaman nabi Nuh,Luth ??? elo yg sok tau tapi blookon.
elo hidup dijaman Nabi Muhammad maka contohlah semua apa yg telah diperbuat Muhammad, jangan ngambil sepotong sepotong . kayaknya elo cuman ngambil ayat yg enak dan enggak berat. inilah ciri ciri orang MUNAFIK
Untuk kondisi kita sekarang di indonesia, jihad yang bagaimana yang seharusnya dilakukan?
saudara avatar”
boleh saya tanya,karna saya hanyalah org yg msh jahil dg ilmu dien,dan saya melihat kata kata anda seprtny anda sudh ahlul ‘ilmi,karna anda menganggp yg memberikan tema datas sokk tauuu!!!
yg saya tnyakan bgmn nabi muhammad saw dalam menegakkan kalimatullah {agama islam}??
karna anda sudh memberi contoh kisah nabi musa dan nabi nuh,dan kita memiliki 25 nabi bkn hanya 2.,
Assalaamu’alaykum wrwb.
Ustad Abu, mohon ijin sumbang saran untuk pertanyaan para ikhwan.
Brothers,
Dakwah itu untuk kenalkan dien kpd manusia, seru mrk kpd Islam; Terhadap seruan (dakwah) ini, manusia ada yg menyambut dg baik, ada yg menyambut dengan kekerasan dan permusuhan. Ketika mrk menyambut dg kekerasan, permusuhan, memerangi, menindas, dan menginjak Islam & muslimin, dakwah menjadi tdk cukup, maka perlu jihad. Jihad ditegakkan utk melindungi dien Islam & muslimin dari terjangan kuffars yg tdk menyambut dakwah dg ketundukan, tapi dengan permusuhan.
Silakan amati & cermati oleh antum, apakah sekarang ini dien Islam ini sdh tegak, atau sekarat, ditindas, diremehkan, diganti dg hukum lain, dlsb. Jika antum melihat dien ini sekarat, ditindas, diremehkan, diganti dg dien selain Islam, mk antum perlu berjihad, krn sabda Rasul SAW jihad fii sabilillaah itu adalah perang utk menjadikan dien Islam tinggi dan tertinggi. Jadi, jk dien Islam ini direndahkan, tdk ditinggikan, sekarat, ditindas berarti jihad fii sabiilillaah harus ditegakkan.
Jika umat Islam (mengaku) masih lemah, maka harus melatih diri agar umat (merasa dan mengaku) kuat. Perlu persiapan (i’dad) baik persiapan fisik, mental, persenjataan, taktik, dan jamaah / kelompok jihad. Jika kelompok yang berjihad belum ada, yang ada adalah kelompok yang mengaku kelompok jihad tapi tidak berjihad, maka Allaah sudah tegaskan dalam Quran bhw: berperanglah, kamu tidak dibebani melainkan kewajiban kamu sendiri, dan kobarkan semangat para mukmin. Jadi dalam ketiadaan jamaah / kelompok yang pergi berjihad, maka Allaah mewajibkan dua hal kepada antum, yaitu: (1) pergilah berperang walau sendiri, dan (2) kobarkan semangat yang lain untuk berjihad mengikuti contoh antum.
Sifat manusia itu melihat contoh, jika tidak ada yg berjihad sama sekali didekatnya, mk cenderung semuanya tidak ada yg berani memulai. Itulah maksud firman Allaah SWT dlm Quran tersebut dg perintah berjihadlah kamu, kamu tidak dibebani melainkan dg kewajibanmu sendiri, dan kobarkanlah semangat mukminin.
Wassalamu’alaykum wrwb.
Qsembilan
jazaakumullahu khairan atas pencerahannya. Semoga para mujahidin tetap bersatu dan dipersatukan Allah swt Amien.
saya sangat setuju dengan pendapat ust abu mari kita persiapkan,dan mari kita meruba setrategi untuk menegakan kalima allah di bumi ini
ustat ana mau tanya, ana perna ngorol sama ustat salafi masalah indonesia harus berdasarkan syariat,Dia bilang apa ente udah siapkan orang yang akan duduk dipemerintahan,dan juga dia bilang di indo orangnya masih belum ngerti syariat islam,apa ngak akan terjadi benturan antara islam+isalm.kalau ente mulai degan dakhwa tauhid orang akan ngerti sendiri dan orang akan tinggalkan demokrasi,dia ibaratkan oarang bangun rumah dari bawa lalu naik keatas bukan sebaliknya.syukron jazakumullah kheir.
Ya memang orang-orang salafi adalah pendukung penguasa apapapun bentuk kekuasaannya.Kalau penguasanya liberal,sekular,nasionalis,demokratis atau komunis pun tetap akan didukung,dan mennetang orang-orang yang menentang pebguasa itu. Adapun dakwah Rasulullah selalu bertentangann dengan misi dan visi penguasa,dakwah rasulullaqh tidak pernah jkompromi dengan penguasa yang menentang syari’ah Allah. Baca qur’an yang memerintahkan setiap nabi menjauhi setiap thoghut (QS An Nahl 16:36)
setuju, jelas sekali bahwa cuma kaum murji’ah dan munafikin yang pikirannya selalu menolak jihad, Dien Islam nggak akan masuk ke Indonesia tanpa jihad para pendahulu kita, ini pasti salafi nih yang sukanya menentang jihad untuk ditegakkan…….
Assalaamu’alaykum wrwb.
Ustad Abu, mohon ijin sumbang jawab pertanyaan Bro Mustofa.
Bro Mustofa,
Ktk jihad sdh jadi kenyataan, medan jihad menyeleksi org-org yg layak untuk jadi pemimpin2 dan generasi muslim ke depan. Pemimpin2 jihad dan mujahid teruji keberanian mrk bela & tegakkan hukum Allaah, teruji kesabaran & keteguhan mrk dlm ujian, kesulitan, kegoncangan, dan teruji jiwa & perilaku kepemimpinan mrk di masa2 yg sangat kritis dan jihad yang panjang. Mrk bukan pahlawan kesiangan yg pandai bicara & berkonsep tanpa pembuktian amal di lapangan, mrk bukan oportunis yg muncul belakangan ambil keuntungan diatas usaha orang lain.
Apakah kita harap bahwa pemerintah thoghut, musuh2 Islam, dan sistem2 kuffar akan biarkan, dukung, fasilitasi kita bentuk pemimpin2 umat dan generasi muslim yg akan memerintah negara dan umat Islam berlandaskan Quran & Sunnah untuk gantikan mereka?
Jika pemimpin dan generasi pengganti itu:
-hrs pandai berorganisasi, berorganisasi apa yg lbh sulit dari mengorganisasikan diri dalam situasi medan perang jihad?
-hrs berjiwa pemimpin, kepemimpinan apa yg lbh sulit dr memimpin dan dipimpin dlm situasi perang jihad?
-hrs sabar dan berani, medan apa yg butuh kesabaran dan keberanian lebih tinggi dari perang jihad?
-hrs mampu berkorban, mk siapa yg lbh berkorban dari mrk yg siap mengorbankan nyawanya demi Allaah?
-hrs cerdas dan berwawasan luas, mk mungkinkan tipu daya dan jebakan perang dilewati dan dimenangkan oleh mrk yang bodoh dan picik?
-hrs lulus fit & proper test, mk ujian fit & proper test apa yg lebih sulit dari medan perang jihad?
Dan seterusnya. Medan perang jihad itu adlh ujian paling lengkap dan nyata bagi muslimin dari Allaah, untuk Allaah tahu siapa yg layak dapat surga dan benar Islamnya. Bukankah generasi ke depan kita sebetulnya hanya butuh mereka yang benar Islamnya?
Wassalamu’alaykum wrwb.
Qsembilan
subhanallah bagus sekali tulisannya ustat,, coba seandainya umat islam bersatu tentu lebih indah, sayangnya ustad2 kita masih mementingkan kelompok dan egonna masing masing ..ya Allah satukanlah hati para orang orang yang mengaku muslim
assalamualaikum..
saya trmasuk muslimin yg msh awam ttg islam.. tetapi menurut saya jaman rasulullah & jaman kita skrg ud beda,jaman dl khn msh primitif & segala permasalahan cenderung diselesaikan dgn peperangan..
di jaman skrg alangkah indahnya jika kita berjihad melalui dakwah,islam akan semakin harum di mata para non-muslim. bahkan kolega2 saya dr barat yg jd muallaf mereka mengakui mengagumi islam dr dakwahnya,bukan dr jihad yg dilakukan dgn kekerasan.wassalam.. Allahu Akbar..
assalamualaikum
islam tegak dengan jihad, kita sebagai muslim langkah langkah apa yang tepat untuk berjihad.
Wassalamualaikum
assalamualaikum…… ustadz. kami ingin mendapat arahan . bagaimana cara untuk memberi pengertian kepada para mantan pejuang, ” saya katakan mantan karena , orang tua saya sendiri dulu pada zaman suharto termasuk orang yang di kejar2 dan sangat keras kepada kakak2 saya . bahkan hanya sekedar nonton televisi saja kakak pertamaku harus mendapatkan cambukan batang pohon singkong dengan bertubi2.. : yang jadi masalah kok kenapa justru sekarang semangat dia menurun drastis. dan bagaimana cara mengingatkannya>>>> Alhamdulillah. wassalamu”alaikum.
Assalaamu’alaykum warahmatullaah.
Kpd Jihad damai,
Kehidupan itu sama saja, kalau antum cermat perhatikan, dulu, sekarang, sampai hari kiamat, yg berbeda teknologinya, alatnya. Sifat manusia, kejahiliahan, kemuliaan, ambisi-ambisi, kebahagiaan, kesedihan, hal2 yang ditakuti, hal2 yang dicintai, hal2 yg dibenci, hal2 yg disukai, dlsb, sama saja.
Antum silakan berdakwah dengan damai, dan dakwahkanah apa dan seperti yg didakwahkan oleh Rasulullaah SAW. Maka jika antum mendakwahkan yang benar dengan benar spt Rasul SAW mendakwahkan, sejalan dg waktu, antum akan mengerti, mengapa Allaah turunkan perintah dan hukum Jihad dlm agama ini.
Jika ada seorg pendakwah atau ulama jaman ini selamat dari fitnah musuh-musuh Allaah dalam dakwahnya, perhatikanlah oleh antum, barangkali ada (atau banyak) bagian dari dien Islam yang tidak disampaikan oleh pendakwah / ulama tersebut, yg bagian yg tidak disampaikan itu justru adalah inti yg paling penting dari dienul Islam, syarat keIslaman dan iman. Rasul SAW, Nabi & Rasul kekasih Allaah, org yg paling baik, santun, sabar & mulia akhlaknya, saja sampe perang jihad dalam dakwah Islam, apakah mungkin manusia lain yg tidak lebih hebat, tidak lebih mulia, dan tidak lebih sabar dari Rasul SAW dapat berdakwah dg benar dengan selamat tanpa jihad?.
Para ulama salaf sdh sepakat bhw pengertian jihad dalam syariat secara istilah berarti perang terhadap orang kafir dalam rangka membela dakwah, agama, dan kaum muslimin.
Silakan antum berdakwah, dakwahkan dien Islam seperti Rasul SAW telah mendakwahkannya, maka antum akan ngerti dan syukuri perintah dan hukum jihad itu telah diturunkan oleh Allaah ‘azza wa jalla.
Wassalaamu’alaykum wrwb.
Qsembilan
Assalam Ustadz Abu Jibriel -hafidhzohullah-, ana masih bingung nih. Bagaimana caranya kita sekarang ini yg hidup di Indonesia? Ana pengen sekali berangkat berperang membantu saudara2 di Palestina, Afghan, atau Iraq, Chechnya, Somali. Ana merasa sangat sedih dan berdosa,amat sangat2 menyesal sekali, menangis, kecewa pada diri sendiri, belum berangkat berjihad bil qital. Ana sangat ingin memegang senajata dan menembak musuh-musuh Allah pembantai anak-anak kaum muslimin, pemerkosa wanita-wanita kaum muslimin di Palestina, Afghan, Iraq, Chechnya, SOmali, dan lainnya. Ana merasa sangat hina sekali karena belum pernah berlumur debu dan luka, belum merasakan nikmatnya kehujanan, kepanasan bersama para mujahiddin di medan tempur. Ana merasa sangat jijik pada dunia dan kehidupan yang melenakan, dengan banyak kenikmatan yg ana rasakan. Ya Ustadz Abu, mohon doa dan bantuannya agar ana bisa segera berjihad di jalan Allah Ta’ala, meraih syuhada. Mohon penjelasann Ustadz. Jazakallaah khairan.
Assalaamu’alaykum bro Abu Mujahid,
Medan jihad itu ada yg jauh spt palestina, afghanistan, pakistan, yaman, dlsb; ada yg dekat, spt di Aceh, antum bisa pilih. Jk antum belum berkeluarga, maka apa yg halangi antum untuk pergi ke medan jihad yg jauh atau dekat. Dlm hal ini, antum berjihad sendirianpun tdk masalah. Jk antum sdh punya istri dan anak, mk antum hrs pastikan dulu istri dan anak antum dpt meneruskan nafkah sepeninggal antum; dan jk sudah, mk medan yg jauh lbh baik buat antum.
Assalamualaikum,salam kenal akh..jawaban2 antum sangat bijak menurut saya…
asalammualaikum wr.wb
Rame ternyata di sini yah :D allah akbar
ternyata banyak perselisihan mengenai jihad, sebelum antum jhad apakah lebih baik jihad pada diri sendiri,keluarga,sanak saudara,teman kerabat. pemahaman kita mengenai agama sangat lah berbeda2.bagaimana kita bisa bersatu di agama kita bila kita saling bertentangan.MARI KITA BERSATU HIDUPKAN AGAMA PADA DIRI KITA,HIDUPKAN SUNAH,TEGAKAN ISLAM, saya tidak bisa melihat orang lain karena diri saya belum benar (belum baik), Banyak saudara kita yang mengatakan islam tapi ……? saya hanya orang bodoh, mari kita bersatu dan jangan berdebat(jangan membicarakan khilfiyah).terima kasih
wasalam
allah akbar
Assalamualaikum,ini pertamakalinya saya membuka website ustad.subhanallah,isinya bagus.commentnya pun bagus-bagus.kalau boleh saya mohon untuk diberi kontak dari akh qsembilan..melihat kata2 beliau yang cukup bijak menyikapi pertanyaan saya jadi tertarik untuk berdiskusi dengan beliau.Akh qsembilan salam kenal…
Assalamu alaikum,
ustadz saya sangat tejuju untuk meraih kejayaan Islam itu tidak cukup hanya dengan dakwah atau Tabligh, tapi diperlukan jihad , apalagi seperti di negara indonesia yang melihat perkembangan saat ini sangat mengkwatirkan sepertinya negara indonesia yang mayoritasnya muslim tapi tingkah lakunya mirip kaum jahiliyan sehingga dengan keadaan situasi tersebut tidak cukup hanya dengan dakwah saja tapi diperlukan jihad….
jadi saya sangat mendukung adanya jihad….
saya setuju dengan ide jihad…tetapi mohon di ketahui bahwa jihad di indonesia sudah sangat menyimpang,saya contohkan seperti yg telah kita ketahui,bahwa di indonesia diadakan perekrutan,pelatihan membuat bom,kemudian di latih selayaknya militer,serta di latih untuk membunuh,Apakah jihad ini,yang benar….
Coba kita berfikir dengan nurani yg bersih,di indonesia adalah negara islam terbesar,kemudian negara indonesia bukanlah negara yg sedang berperang,jadi untuk apa kita membangun teory jihad dengan cara militer,bukankah kita lebih baik mengutamakan jihad dengan cara dakwah,toh saya kira cara demikian lebih di terima di masyarakat,di banding dgn pola pendekatan dengan kekerasan seperti pemboman,pengancaman,dan lain sebagainya,pola seperti sangat tidak diterima di masyarakat,karena korban terbesar lebih banyak masyarakat muslim indonesia,yang akhirnya malah mendiskreditkan islam kita sendiri,tetapi lainnya halnya apabila negara kita di ancam oleh kaum kapirun,baru kita angakat senjata untuk menegakkan islam yg kita cintai.
akhir kata saya mengajak kapada seluruh kaum muslimin,seluruh negeri ini,untuk melakukan jihad dengan pola dakwah dan tidak mengedepankan kekerasan…wassallam.
POKOKNYA ADALAH BOHONG,,,KALAU KITA TERUS MENERIAKKAN JIHAD-JIHAD DAN JIHAD TANPA ADANYA I’DAD,,,kondisi sekarang ini di indonesia adalah i’dad== persiapkan diri baik mental dan fisik,,,dan mempersiapkan generasi-generasi yang tangguh,,,,insya allah,,, allahu a’lam…
NAMANYA PERANG YA GAK BAIK BOS…………BALAS KEPENCIAN DENGAN CINTA KASIH ITU LEBIH BAIKKKK
Allahuakbar…Tegakkan Islam dengan da’wah dan jihad…