(Abujibriel.com) – Berita demo sejumlah umat Islam dalam menyikapi bentuk penistaan umat kafir terhadap Rasulullah saw masih santer diberitakan di hampir sebagian besar negeri-negeri muslim. Penistaan tersebut menambah deret panjang daftar kearoganan pihak musuh-musuh Islam pada peristiwa serupa yang seakan sengaja terus diulang, baik melalui lisan, tulisan, penggambaran karikatur, ataupun pembuatan film yang dengan hanya beroleh satu kepastian tujuan: menghujat dien Islam.
Pun tentu saja aksi-aksi semacam ini otomatis akan selalu muncul seiring aktifitas para penghina nabi yang tak henti-hentinya merongrong ketentraman umat Islam tersebut, sebagaimana yang sudah diberitakan Allah Ta’ala dalam surat al-Baqarah ayat ke-120 bahwa mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak akan pernah senang hingga umat Islam mengikuti millah mereka.
Namun ironis, disebagian umat muslim sendiri, justru ada yang menganggap aksi para pendemo yang menilai perbuatan terkutuk dari para penteror Islam itu merupakan pelecehkan agama—sebagai suatu semangat yang lebay. Dalam menanggapi film Innocent of Moslems garapan seorang Kristen koptik, Nakoula Basseley Nakoula misalnya, mereka justru memberikan komentar ‘miring’ akan sikap umat muslim yang mereka anggap terlampau gampang terpicu emosi hanya karena menyaksikan tayangan berdurasi sekitar 15 menitan itu. Mereka pun dengan santai membawakan dalil bahwa apapun rongrongan para penista Rasulullah maka itu takkan pernah berhasil memadamkan keagungannya. Mendemo para penghujat dan melakukan aksi-aksi massa dinilai hanya akan memperuncing masalah hingga berujung saling terprovokasinya antar kelompok, sementara tujuan yang diharapkan sering malah kandas di tengah jalan. Lalu dengan alasan itu mereka ambil sikap diam dan tak melakukan upaya apapun.
Ini tentu hal yang miris, perjuangan yang seharusnya diangkat bersama-sama, malah berdiri pada sudut-sudut yang berbeda. Yang paling memilukan, ada muslim yang teriak: “Biar saja, kan itu hak dalam kebebasan berekspresi! Siapapun tak ada yang berhak gugat-gugat!” Muslim ini mungkin tak sadar dirinya sudah tersihir ajaran sesat demokrasi dengan program HAMnya sehingga sudi menjadi corong-corong kafir yang hina.
Lalu sebenarnya, bagaimanakah kita seharusnya sebagai umat muslim dalam wajibnya kita menanamkan keyakinan terhadap Rasulullah saw? Dan apa saja bentuk perbuatan dari rasa keyakinan tersebut? Berikut beberapa poin penting yang bisa dijadikan acuan;
1. Kewajiban mencintai Rasulullah
Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلَدِهِ وَ النَاسِ أَجْمَعِيْنَ. رواه البخاري و مسلم
Artinya, “Tidak beriman salah-seorang diantara kalian, sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari-Muslim)
Perkara wajib ini sejalan dengan yang difirmankan Allah Ta’ala,
Artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’, 4 : 65)
Dalam kitabnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa pada ayat tersebut Allah Ta’ala bersumpah dengan Dzat-Nya bahwa tidak seorang pun dikatakan beriman sehingga ia berhakim kepada Rasulullah saw dalam segala hal. Apa saja yang sudah diputuskan Rasulullah, maka itulah kebenaran yang datangnya dari Allah Ta’ala yang wajib diikuti secara lahiriah maupun batiniah. Tidak ada sedikit keberatan pun dalam dirinya dan menerima seluruhnya tanpa reserve.
2. Mengutamakan perintah Rasulullah saw
Abu Hurairah ra.meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda,
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ وَ مَا أَمَرْتُكُمْ فَأْتُواْ مَاسْتَطَعْتُمْ, فَإِنَّمَا أَهْلَكَ اللَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَسْرَةُ مَسَلإِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَاإِهِمْ. رواه البخاري و مسلم
Artinya, “Apa-apa yang aku larang kalian, maka tinggalkanlah dan apa-apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka laksanakanlah sesuai kemampuan kalian. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (HR. Mutaffaqun ‘alaihi)
3. Mengikuti syari’atnya
Ibnu Al-Qoyyim rahimahullah berkata, “Ketika manusia tidak mau menerapkan aturan kitabullah dan sunnah Rasul dan tidak mau menjadikannya sebagai rujukan hukum, (atau) bahkan meyakini bahwa dengan al-Qur’an dan as-Sunnah saja tidak cukup, maka ia akan menambahkannya dengan ra’yu (pendapat), qiyas, dan berbagai hasil pemikiran manusia yang hanya berpangkal dari akal dan nafsu semata. Hal inilah yang akan merusak fitrah manusia.” (kitab Al-Fawaa’id)
Abdullah bin ‘Amr bin Ash ra. berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda,
لاَ يُؤْمِنَ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ. حديث صحيح, رويناه في كتاب الحجّة بإسناد صحيح
Artinya, “Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits shahih, diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih)
Demikian juga dengan ayat yang sudah memerintahkan manusia untuk tunduk akan ketetapan yang diberlakukan untuk memanusiakan manusia itu sendiri,
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,…” (QS. al-Anfal, 8 : 24)
4. Membela syari’atnya
Membela syari’at Allah Ta’ala yang telah diwahyukan kepada Rasulullah merupakan juga hal terpenting dari bertauhid kepada-Nya. Penerapan, penegakkan, dan pembelaan terhadapnya adalah salah-satu dari bentuk keimanan seorang muslim. Ia akan berusaha mengokohkan sendi-sendi Islam, menepis berbagai syubhat yang akan mengotorinya, hingga dengan keberanian memerangi musuh-musuh Allah Ta’ala melalui harta dan jiwanya. Semuanya ia lakukan dengan dasar iman dan kecintaannya akan dien yang haq ini. Dihatinya sudah termaktub seruan Rabb-nya tentang firman-Nya,
Artinya, “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. al-Fath, 48 : 9)
5. Membelanya dari fitnah musuh
Dalam kitab tafsirnya juga Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa seorang muslim yang bergerak menolong agama Allah Ta’ala dari usikan orang kafir dan menolong untuk tetap tegaknya sunnah-sunnah Rasulullah saw, maka mereka itulah golongan muslim yang benar tauhidnya. Mereka orang yang telah memadankan apa yang mereka perbuat dengan ucapan lisan mereka demi beroleh keridhaan dari Rabb-nya, sehingga berkurangnya harta dan kesenangan dunia bahkan terancamnya keselamatan hingga hilangnya nyawa, tak mengurangi kecintaannya terhadap Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Rasulullah saw bersabda,
Artinya, “Akan terus muncul sekelompok orang dari umatku yang berperang diatas kebenaran sampai hari kiamat.” (HR. Muslim)
Allah Ta’ala juga menjelaskan kriteria tentang orang-orang yang benar imannya, diantaranya yaitu,
Artinya, “(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hasyr, 59 : 8)
6. Menda’wahkan sunnahnya
Umar bin Abdul Aziz pernah bertulis surat kepada Abu Bakr bin Hazm yang isinya:
أُنْظُرْ مَا كَانَ مِنْ حَدِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَاكْتُبْهُ فَإِنِّيْ خِفْتُ دُرُوْسَ الْعِلْمِ وَ ذَهَاربَ الْعُلَمَاءِ وَ لاَ تَقْبَلْ إِلاَّ حَدِيْثَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ لْتُفْشُواْ الْعِلْمَ وَ الْتَجْلِيْسُوا حَتَّى يُعَلَّمَ مَنْ لاَ يَعْلَمُ فَإِنَّ الْعِلْمَ لاَ يَهْلِكُ حَتَّى يَكُوْنَ سِرًّا. رواه البخاري
Artinya, “Perhatikanlah mana yang merupakan hadits Rasulullah saw, hendaklah kamu tulis karena aku khawatir musnahnya ilmu agama ini dan lenyapnya para ulama. Janganlah engkau terima riwayat selain hadits nabi saw dan hendaklah kalian sebarkan ilmu hadits ini dan hendaklah kalian duduk untuk mempelajarinya sampai orang yang tidak tahu diajari, sebab ilmu itu tidak akan musnah sampai menjadi barang yang asing.” (HR. Bukhari)
7. Mencintai keluarganya
Seorang muslim yang ma’rifaturrasul akan juga mencintai para ahlul bait dan para sahabatnya. Cintanya akan berusaha mencontoh sebagaimana cinta beliau saw kepada para keluarga dan sahabatnya yang mengiringi perjalanan da’wahnya. Ia tidak akan menghujat orang yang tidak mendapat hujatan dari beliau saw dan tidak akan mengagungkan seseorang sehingga melebihi kadar dari pengagungannya terhadap nabi saw. Semua tindakannya bercermin mengikuti petunjuk Rasulullah saw.
8. Bersholawat kepadanya
Tanda yang juga menjadi ciri-ciri khusus bagi seorang muslim yang mencintai Rasulullah dalam kehidupannya adalah dengan basahnya lisan karena banyak menyebutnya sebagai perwujudan ingatnya akan beliau saw. Abu Hurairah ra.berkata,
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ … رواه التّرم
Artinya, “Rasulullah saw pernah bersabda, “Celakalah orang yang mendengar namaku disebut tetapi ia tidak mau bersholawat kepadaku,…” (HR. at-Tirmidzi)
Dari Tsauban ra. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang pada pagi dan sore hari mengucapkan:
رَضِيْتُ بِا اللهِ رَبًّا, وَ بِالْإِسْلَامِ دِيْنًا, وَ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَبِيًّا.
(رواه التّرمذي)
“Aku ridho Allah SWT sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabiku”, maka ada hak atas Allah untuk meridhoinya.” (HR. at-Tirmidzi)
Tidak ada kehinaan yang lebih nista daripada penghinaan terhadap Allah Ta’ala, dien-Nya, dan Rasulullah saw. Semoga Allah Ta’ala membinasakan mereka yang telah lancang memperolok dien yang haq ini dan semoga kita termasuk golongan yang senantiasa menolong agama-Nya. Insyaa Allah
Demikianlah beberapa poin singkat yang bisa diuraikan pada bahasan ini, mudah-mudahan dapat menambah khazanah keilmuan kita.
أَلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العلَمِيْنَ وَ سَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ.
2 Responses
SALAM ATASMU WAHAI RASULULLAH !!!
SEMOGA SALAM DAN SHALAWAT SENANTIASA DILIMPAHKAN OLEH ALLAH SWT KEPADA MAKHLUK TERAGUNG, SANG KEKASIH ALLAH, SAAYIDUL WUJID, SAYYIDINA, WA MAULANA, IMAMUL MUJAHIDIN ABUL QASIM , SAYYIDINA MUHAMMAD SAW BESERTA AHLUL BAYTNYA, PARA UMAHATUL MU’MININ, KELUARGANYA, KETURUNANNNYA, SAHABATNYA DAN KEPADA SELURUH UMAT ISLAM , KAPAN DAN DIMANAPUN……
SHALAWAT YANG ABADI UNTUK SELAMA-LAMANYA……
DI DUNIA… DI ALAM BARZAKH, …..SAMPAI AKHIRAT…….
ABADI UNTUK SELAMA-;LAMANYA……..
Rasulullah adalah suri tauladan terbaik
bagi orang yang mengacu pada keluhuran, panutan ideal
bagi orang yang berdiri tegak dalam kemuliaan dan
kesempurnaan. Rasulullah-lah pelaksana amanah,
penyampai risalah, penasehat ummat, dan pejuang
sesungguhnya dalam agama Allah, sehingga berkat
perjuangannya berdirilah dengan tegak Daulah Islamiah
di Jazirah Arab. Dan karena Rasulullah-lah pembawa
lentera yang dapat menerangi kegelapan jagat raya ini,
rahmat yang menaburkan hidayah pada bangsa manusia.