Siapa tak kenal dengan metode pengobatan ala Nabi yaitu hijamah atau bekam? Salah-satu praktek penyembuhan yang juga dikenal dengan istilah Thibbun Nabawi itu kini dan beberapa tahun terakhir ini mulai populer kembali di tengah-tengah masyarakat, terutama kalangan masyarakat muslim.
Namun prosentase tentang keawaman muslim itu sendiri tentang pengobatan tersebut tergolong masih tinggi. Fakta menyebutkan bahwa beralihnya masyarakat kepada Thibbun Nabawi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keputus-asaan si penderita yang tidak memperoleh kesembuhan saat berobat secara konvesional dan juga alasan yang bersangkutan dengan kondisi finansial si penderita. Artinya, apabila mereka memiliki dana yang memadai—mereka akan lebih cenderung untuk menyerahkan bentuk pengobatannya kepada pihak medis konvensional.
Seiring perkembangan dunia pengobatan Islami yang berjalan agak lambat tersebut, dokter Zaidul Akbar—demikian panggilannya, dengan berbekal ilmu medis yang mumpuni, akhirnya beralih dari kedokteran konvensional ke kedokteran Islami. Saat ini ia bergabung dengan ABI (Asosiasi Bekam Indonesia) dan terpilih menjadi ketua umumnya pada 13 Februari 2012 setelah sempat beberapa tahun sebelumnya ia bekerja pada RSUP (Rumah Sakit Umum Pertamina) di daerah Balikpapan dan terakhir di RS Sari Asih di kawasan Tangerang.
“Sebagai seorang praktisi medis yang awam sekali tentang pengobatan Islami atau thibbun nabawi ini, awalnya saya memang meragukan metode-metode yang termaktub didalamnya, akan tetapi setelah saya coba untuk menganalisanya melalui yang disebutkan dalam al-qur’an dan hadits lalu menyandingkannya dengan hasil uji materi yang saya temukan, akhirnya justru saya dibuat takjub karenanya!” ujar dokter yang baru berusia 35 tahun itu dengan mata berbinar.
Di lapangan, banyak sudah fakta yang ditemukan bahwa pengobatan medis konvensional tidak menjamin kesembuhan 100% bahkan justru semakin ditemukan adanya ‘kejanggalan’ bahkan tak dipungkiri muncul kasus komplikasi penyakit akibat ‘tumpukan’ kimia yang bersarang di tubuh si penderita. Demikian juga dengan angka kematian tertinggi yang ternyata diakibatkan oleh efek samping obat dan juga medical error. Hal itulah yang semakin menimbulkan minat dokter Akbar untuk bersegera mensosialisasikan thibbun nabawi ini kepada masyarakat umum.
Diakuinya bahwa masyarakat muslim telah banyak bahkan hafal hadits-hadits Rasulullah tentang thibbun nabawi namun banyak yang tidak mempercayai kemujaraban khasiatnya terhadap suatu penyakit. Seperti misalnya, yang terdapat dalam hadits yang artinya;
“Aku tidak berjalan di hadapan sekelompok malaikat pada malam saat aku di-isro’-kan, kecuali mereka berkata, “Wahai Muhammad, perintahkanlah umatmu agar berbekam!” (Shohihul Jami’:5671)
Dokter muda yang parasnya sekilas nampak seperti artis Maher Zain pelantun lagu Insya Allah itu, lalu menambahkan bahwa ada tiga hal yang sangat perlu dicamkan seseorang dalam upayanya berikhtiar mencari kesembuhan, yaitu perlu ketepatan diagnosa, perlu ketepatan dalam mengkonsumsi obat, dan percaya bahwa Allah-lah yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Disanalah diperlukannya keimanan, karena umat Islam kehidupannya tidak pernah bergeser dari tuntunan-tuntunan al-qur’an dan sunnah Rasul-Nya. Mengenai ketidak-percayaan seorang muslim terhadap pengobatan Islami, maka dokter Akbar dengan santai merespon bahwa orang yang demikian bisa diragukan keimanannya karena ia sudah meragukan sunnah Rasulullah bahkan juga ragu terhadap ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan hal ini.
“Bagaimana bisa sembuh kalau penolakan justru berasal dari dalam dirinya? Padahal tubuh sangat memiliki korelasi dengan aktifitas ruh yang ada,” ujarnya ringan.
Satu contoh lain yaitu seperti yang dikisahkan al-qur’an tentang nabi Yunus dan pohon labu yang ditumbuhkan Allah didekat tubuhnya yang lemah (karena baru saja ia dikeluarkan Allah dari perut ikan selama berhari-hari didalamnya), setelah dilakukan penelitian—ternyata buah labu memiliki fungsi seperti fast instans energy atau penghasil energi yang cepat yang saat itu Allah karuniakan buah tersebut untuk nabi Yunus yang tengah sangat memerlukan jenis makanan seperti itu pada tubuhnya. Lalu ditemukan pula fakta bahwa daun dari pohon labu juga bisa berfungsi sebagai pengusir lalat (hal ini yang juga dikaruniakan Allah agar nabi Yunus yang kulitnya rusak akibat pengaruh dari berhari-harinya tinggal dalam perut ikan dihindarkan dari kerumunan lalat yang ingin mengerubunginya setibanya beliau di daratan).
Saat ditemui pada selesainya acara bedah buku bertajuk “PENYAKIT DAN TERAPI BEKAMNYA (Dasar-dasar Ilmiah Terapi Bekam)” karya Dr. Ahmad Razak Sharaf seorang anggota Komisi Internasional Mu’jizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan juga instruktur bekam pada beberapa asosiasi di negara Mesir, Kairo, dan juga Amerika, yang diselenggarakan pada ahad (25/3/2012) kemarin di masjid Al-A’raf toko buku WALISONGO Jakarta, dokter Akbar menyebutkan bahwa terapi hijamah atau bekam memiliki beberapa khasiat bagi tubuh, diantaranya yaitu memperbaiki peredaran darah, memperbaiki fungsi sirkulasi tubuh, regulasi sistem syaraf otonom, merangsang syaraf sensorik kulit, mengaktifkan pembuluh darah dalam otot, menghilangkan kongesti darah dari otot, dan beragam keunggulan lainnya.
Namun keunggulan tersebut memang harus disyi’arkan secara global kepada masyarakat, dr. Akbar sendiri menyatakan beberapa upaya yang segera harus ditempuh, baik secara individu yang telah memahami tentang thibbun nabawi maupun secara kelembagaan resmi. Upaya-upaya yang bisa dilaksanakan diantaranya adalah menyampaikannya melalui mimbar-mimbar ta’lim, mengadakan seminar-seminar, menyampaikan kebenaran tentang khasiat yang termaktub dalam thibbun nabawi, menerbitkan buku-buku dan media informasi lain yang mudah diakses masyarakat, membuka lembaga-lembaga pendidikan yang dikhususkan mencetak generasi muda untuk terampil dan profesional di bidang thibbun nabawi, mengadakan pendekatan sosialisasi kepada pemerintah, dan sebagainya.
Dikatakan juga bahwa kans obat-obatan herbal akan meningkat setiap tahunnya seiring dengan semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat akan hal tersebut. Demikian juga dengan pemerintah yang mulai memberikan kesempatan kepada lembaga medis non pemerintah seperti ABI untuk ‘menunjukkan’ peran-sertanya dalam membantu khazanah dunia pengobatan yang ada di Indonesia. Dan hal itu menjadi satu lagi titik-terang akan kembalinya sunnah Rasulullah di bidang pengobatan.
Akan tetapi yang juga penting untuk diperhatikan masyarakat adalah dengan mengubah dan mengatur pola hidup sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah, seperti anjuran bershaum sunnah, mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik lagi halal. Dokter Akbar menganjurkan agar setiap hari tubuh diberikan asupan seperti madu, minyak zaitun, dan habbatussaudah.
“Allah telah menyebutkan ketiganya tersebut dalam al-Qur’an memiliki kegunaan bagi tubuh manusia, maka mari kita konsumsi yang baik yang telah disyari’atkan oleh Yang telah menciptakan manusia. Yuk, hidup secara Islami dan tinggalkan gaya hidup yang neko-neko ala Barat. Ketahuilah bahwa saat ini para kafirun tengah berupaya total untuk menciptakan senjata pemusnah massal dari berbagai media, diantaranya melalui makanan. Selain itu, jangan terlalu bertopang pada sistem pengobatan konvensional yang sangat mengandalkan bahan-bahan kimiawi sebagai jalan kesembuhan. Bagi umat Islam, pengobatan medis thibbun nabawi juga merupakan pengobatan yang memiliki korelasi dengan iman. Jadi kalau masih tidak percaya dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya, bukankah bisa jadi bahan pertanyaan tentang kondisi keimanannya saat ini?” ungkapnya dengan sikap jumawa.
Bagi ikhwani wa akhwatifillah, sudahkah beralih kepada thibbun nabawi sekarang? (Ghomidiyah)