Karakteristik Isteri Shalihah

Wanita Shalihah (isteri shalihah) merupakan sebaik-baik dan semulia-mulia gelar yang diberikan kepada wanita kekasih Allah. Titel atau gelar itu bukan sekadar nama dan kebanggaan, tetapi dia adalah buah dari satu perjuangan panjang dalam kehidupan seorang wanita. Masyarakat Muslim diingatkan, supaya waspada terhadap khadra’uddiman, yaitu wanita cantik yang tumbuh dewasa di tempat yang buruk.

BANYAK wanita mendambakan titel itu, tetapi sangat sedikit yang sampai kepada tujuan yang dirindukan. Sebab, perjalanan panjang yang harus ditempuh oleh seorang wanita meng-haruskannya melalui jalan yang terjal, berkelok, ber-batu, naik bukit dan turun gunung, penuh onak dan duri. Kenanglah sejenak perjalanan hidup para pemimpin wanita ahli sur-ga, yaitu sebaik-baik wa-nita sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut ini.

“Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid.” (HR. Bukhari Muslim).  Dari Abu Musa ra. berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Lelaki yang sempurna ba-nyak, tetapi tidak demikian halnya bagi wanita kecuali Asiah istri Fir’aun dan Mar-yam binti Imran. Dan sesung-guhnya keutamaan Aisyah atas wanita lainnya seperti ke-utamaan tsarid (lauk yang berminyak) atas makanan lainnya.” (HR. Bukhari).  Nabi Saw bersabda: “Fati-mah adalah pemimpin wa-nita ahli surga”. (HR. Bukhari)

Kesemua wanita yang disebut di dalam hadits-hadits di atas, yang diberi gelar sebagai sebaik-baik wanita ahli surga (Mar-yam, Asiah, Khadijah, Aisyah dan Fatimah) ada-lah wanita-wanita yang perjalanan hidupnya pe-nuh dengan ujian dan tan-tangan. Mereka ditimpa banyak musibah dan bala bencana, baik dalam urusan keluarga, masya-rakat dan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Na-mun mereka tidak ber-geming dari keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt.

Apakah ciri dan karakter yang dimiliki da-lam menjalankan ke-hidupan sehari-hari, se-hingga dengan tegar ber-tahan dari segala amuk duniawi, dan mendapat-kan gelar mulia se-bagai wanita/istri shalihah? Se-cara umum dijelaskan di dalam al-Qur’an, Allah Swt berfirman:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wa-nita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[ ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (Qs. An Nisaa’ 4: 34)

Inilah ayat yang me-nerangkan secara terpe-rinci tentang ihwal kaum wanita dalam ke-hidupan rumah tangga yang berada di bawah ke-pemimpinan kaum pria. Disebutkan bahwa ada dua jenis wa-nita: yang shalihah dan yang tidak shalihah. Lalu ciri shalihah antara lain adalah taat, yaitu taat ke-pada Allah Swt, kepada Rasul Nya dan taat kepada suami. Selain itu dia betah tinggal di rumah, bersikap ma’ruf kepada suami dan menjaga kehormatan diri di saat suaminya tidak ada di rumah.

Ats-Tsauri dan Qata-dah mengatakan: Arti menjaga kehormatan diri di saat suami tidak ada di rumah adalah menjaga segala sesuatu yang mesti dipelihara, baik berkenaan dengan kehormatan diri maupun harta. Sementara itu Ibnu Jarir dan al-Baihaqi meriwayatkan ha-dits dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Saw bersabda:

“Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hati-mu bila engkau pandang, taat manakala engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan diri-nya ketika engkau tidak ada di rumah.” Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat tersebut di atas. (Qs. An Nisaa’ 4: 34).

Syeikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menjaga kehormatan diri di sini adalah menutup apa yang dapat membuat malu ketika diperlihatkan atau diungkapkan. Artinya, menjaga segala sesuatu yang secara khusus berke-naan dengan rahasia suami istri, serta tidak menceritakan rahasia su-aminya kepada siapa-pun kecuali kepada orang yang benar-benar dipercaya ka-rena ingin mencari solusi keruwetan rumah tangga.

Secara syar’i, yang juga bisa dikategorikan da-lam hal ini adalah keha-rusan merahasiakan se-gala sesuatu yang berkait-an dengan hubungan intim suami istri, termasuk di da-lamnya menceritakan hal-hal yang tidak senonoh. Jangan seperti khadrau’ud-diman, seperti yang sering ditayangkan infotainment tv, mengumbar segala au-rat keluarga sehingga o-rang jijik mendengarnya.

Apatah lagi bila sam-pai ke bentuk-bentuk peri-laku yang mereka laksana-kan sebagai pasangan sua-mi isteri yang tidak layak didengar oleh selain me-reka. Selain itu juga dapat difahami bahwa ungkapan yang disebut oleh al-Qur-‘an di atas, merupakan salah satu ungkapan yang memiliki arti kiasan yang amat mendalam: meng-hentak kaum wanita yang keras hati, namun bisa di-fahami rahasianya oleh mereka yang berhati lembut.

Kaum wanita me-mang memiliki naluri yang demikian lembut, dimana anda sekalian bisa mene-robos hati mereka hanya dengan menyentuh ujung jarinya saja. Jantung me-reka memiliki nadi-nadi peka yang segera memom-pakan darah ke raut wajah mereka manakala mene-rima rangsangan.

Maka tidak dibenar-kan menghubungkan lang-sung kalimat hifzhul ghaib (menjaga harta dan kehor-matan diri) dengan kalimat bima hafizhallah (sebagai-mana Allah menjaga diri-nya). Sebab perpindahan yang demikian drastis dari penuturan rahasia diri yang tersembunyi ke arah penuturan penjagaan Allah yang demikian jelas memalingkan seseorang untuk berfikir secara ber-kepanjangan tentang hal-hal yang berada di balik tabir-tabir rahasia pribadi suami istri. Yakni, hal-hal yang tersembunyi dan rahasia, untuk dialihkan pada pengawasan Allah Azza wajalla.

Penghormatan yang diberikan kepada kaum wanita melalui kesaksian Allah tersebut di atas, di-maksudkan agar mereka tetap terjaga dari jamahan tangan-tangan kotor, pan-dangan mata jahil, atau pergunjingan, di saat sua-mi mereka tidak berada di rumah, melalui bujukan, rayuan berupa lembaran-lembaran uang, mobil mewah, rumah indah atau beberapa kerat roti.

Jadi, wanita-wanita shalihah ialah wanita yang menjaga harta dan kehor-matan dirinya ketika su-aminya tidak di rumah, sebagaimana Allah telah menjaga mereka. Itulah yang menjadi sifat shalihah kepada mereka. Sebab se-orang wanita yang sha-lihah akan selalu men-dapat pengawasan dari Allah Swt, dan ketakwaan yang mereka miliki me-nyebabkan mereka bisa menjadi wanita-wanita yang terpelihara dari sifat khianat dan mampu men-jaga amanat.

Oleh karena itulah yang dimaksud dengan Wanita Shalihah dalam ayat di atas adalah mereka yang selalu taat kepada Allah Swt, Rasul Nya, suaminya dan tidak mem-perturutkan hawa nafsu-nya dalam hidup harian-nya. Apabila dikaitkan arti ayat yang disebutkan di atas tepat sekali untuk menggambarkan ihwal kaum wanita masa kini yang senang membeberkan rahasia-rahasia rumah tangga sendiri, atau rumah tangga orang lain (gosip wanita sinetron) dan tidak bisa menjaga harta dan kehormatan dirinya mana-kala suami mereka tidak berada di rumah bukanlah termasuk dalam koridor wanita shalihah.

Jangan seperti khad-rau’uddiman, seperti yang sering ditayangkan infotai-ment tv, mengumbar segala aurat keluarga sehingga orang jijik mendengarnya. Jika diamati dengan seksa-ma keterangan diatas, ma-ka dapat disimpulkan bah-wa isteri yang shalihah mempunyai karakter se-bagai berikut:

1. Menaati  Allah dan Rasul Nya
Dengan ketaatannya itulah sebagai aset terbesar baginya untuk meraih ganjaran tertinggi sebagai buah dari ilmu dan iman-nya. Yaitu surga yang pe-nuh dengan kenikmatan, dia kekal didalamnya se-lama-lamanya. Allah Swt. berfirman:

(Hukum-hukum ter-sebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang-siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah me-masukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (Qs. An Nisaa’, 4: 13)

Firman Allah lagi: “Dan barangsiapa yang men-taati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sa-ma dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. An Nisaa’, 4: 69)

Abu Hurairah ra ber-kata, Rasulullah Saw ber-sabda: “Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan (tidak mau). Pa-ra sahabat bertanya: Siapa-kah yang enggan itu wahai Rasulullah? Beliau men-jawab: Barang siapa yang ta’at kepadaku (mengikuti Sunnahku), dialah yang akan masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari)
Maka demikian pula seorang wanita atau isteri, dia akan masuk surga de-ngan menaati Allah dan Rasul-Nya dengan se-benar-benarnya.

2. Menaati Suami
Ketaatan kepada su-aminya merupakan pin-tu keselamatan baginya un-tuk meraih kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw bersabda:

“Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.” (HR. Ahmad)

Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasa-nya Asma datang kepada Nabi dan berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan dari kaum wanita Muslim, semua mereka berkata dan berpendapat sebagaimana aku Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita, kami telah beriman kepadamu dan mengikutimu, (namun) ka-mi kaum wanita merasa dibatasi dan dibelenggu. Padahal kamilah yang menunggu rumah mereka, tempat menyalurkan nafsu mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, sedang mereka dilebihkan dengan sholat berjamaah, menyaksikan jenazah dan berjihad di jalan Allah.

Dan apabila mereka ke luar berjihad, kamilah yang menjaga harta me-reka dan kamilah yang me-melihara anak-anak me-reka, maka apakah kami tidak mendapatkan bagian pahala mereka wahai Rasulullah? Maka berpalinglah Rasulullah ke-pada para sahabatnya dan bertanya: Apakah tadi ka-mu sudah mendengar pertanyaan sebaik itu dari seorang perempuan tentang agamanya? Mereka menjawab: Ya, Demi Allah wahai Rasulullah, kemu-dian beliau bersabda: Pergilah engkau wahai Asma dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa layanan baik salah seorang kamu kepada suaminya, meminta keridhaannya dan menuruti kemauannya menyamai (pahala) amal-an laki-laki yang engkau sebutkan tadi. Maka Asma pun pergi sambil bertahlil dan bertakbir karena gembiranya dengan apa yang diucapkan Rasulullah ke-padanya. (Al Istii’aab, Ibnu ‘Abd al Bar)

Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, wakil wanita ber-kata: “Wahai Rasulullah, saya wakil dari kaum wanita untuk berjumpa denganmu. Sesungguhnya jihad hanya diwajibkan atas kaum laki-laki saja, sekiranya mereka menang mereka memperoleh pahala dan sekiranya mereka terbunuh, maka mereka senantiasa hidup dan diberi rizki di sisi Rabb mereka. Sedangkan kami golongan wanita menjalankan tugas (berkhidmat) untuk mereka, maka adakah bagian kami dari yang tersebut? Maka Rasulullah menjawab, Sam-paikanlah kepada siapa saja dari kaum wanita yang eng-kau temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak sua-mi adalah menyamai yang demikian itu, dan amat sedikitlah di antara kamu yang mampu melaksana-kannya.” (HR al Bazzar)

3. Melayani Suami

Sebagian isteri sangat taat kepada suaminya, tapi kurang pandai melayani suami dengan sebaik-baik-nya. Maka jika taat kepada suami dan pandai me-layaninya, hal itu merupa-kan kemuliaan tersendiri yang mengangkat derajat-nya meraih keselamatan di dunia dan akhirat.

Ummu Salamah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tiap-tiap isteri yang mati diridhai oleh suaminya, maka ia akan masuk surga.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata, Mu’adz di-utus ke Yaman atau Syam dan dia melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya. Maka beliau berkata dalam hatinya sesungguhnya Rasulullah lebih layak untuk di-agungkan (daripada me-reka). Maka tatkala ia datang kepada Rasulullah ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pembesar dan kepada pendeta-pendetanya, dan aku berkata dalam hatiku sesungguhnya engkaulah yang lebih layak untuk diagungkan (daripada mereka) lalu beliau bersabda: Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sung-guh akan kuperintahkan isteri bersujud kepada suami-nya dan seorang isteri belum dikatakan menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga menunaikan kewajibannya terhadap suami seluruhnya, sehingga andai-kan (suaminya) memerlu-kannya di atas kendaraan, sungguh ia tidak boleh menolaknya. (HR Ahmad)

4. Menjaga  Kehormatan Diri
Ciri keempat inilah yang merupakan kunci dari keshalihan seorang isteri yang berada di bawah pengawasan suaminya yang shalih. Lelaki yang memiliki isteri dengan ka-rakteristik seperti ini ber-arti telah memiliki harta simpanan yang terbaik.

Dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: “Tidak ada yang paling bermanfaat bagi se-orang (lelaki) Mukmin se-su-dah bertaqwa kepada Allah daripada memiliki isteri yang shalihah, yaitu jika ia di-perintah ia taat, jika ia dipan-dang menye-nangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap ber-buat baik, dan jika ia diting-galkan (suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” (HR Ibnu Majah)

Dari Ibn Abbas ra Rasulullah Saw bersabda: “Ada empat perkara siapa yang memilikinya berarti mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, yaitu hati yang bersyukur, lisan yang selalu berzikir, tubuh yang bersabar ketika ditimpa bala bencana (musibah) dan isteri yang ti-dak menjerumuskan suami-nya dan merusakkan harta bendanya.(HR Thabrani dengan isnad Jayyid).

Wanita paling baik ada-lah wanita (isteri) yang apabila engkau meman-dangnya menggembirakan-mu, apabila engkau menyu-ruhnya dia pun menaati, dan apabila engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan menjaga hartamu. (HR Abu Dawud. Derajat hadits oleh al Hakim dinyatakan shahih).

Semoga para akhwat mampu memiliki karakter tersebut sehingga melayak-kannya mendapat pahala yang telah dijanjikan Allah Swt. Mereka menjadi par-tner dalam perjuangan fi sabilillah, dan menjadi pendamping setia dikala suka dan duka bersama suami yang dicintainya.

Amien Ya Rabbal Alamin.

Wallahu’alam…

17 Responses

  1. assalamu’alaikum ustadz. alhamdulillah akhirnya bahasan ttg istri shalehah dpublishin’ jg. Lalu kapan buku ttg tema yg sama (ISTRI SHALEHAH) dcetak lg, ustadz??? btw–jazakallah khair y ustadz utk phatian ustadz kpd umat yg msh sgt “haus ilmu” hgg saat ini. wassalamu’alaikum.

    1. Wa’alikumussalam wr wb.Alhamdulillah itu hanya sekadar ringkasan saja,bahasan panjang ada didalam buku Wanita Shalihah ciri-ciri dan fungsiny,sedang direvisi.Semoga dalam tahun ini dapat diterbitkan dengan lebih kompelit. Tolong bantu dengan do’a.

  2. assalamu’alaikum abah, bahasan tentang istri shalehah sangat bermanfaat bagi saya, tapi saya ingin bertanya : apa yang harus saya lakukan kalau suami saya lebih memilih pergi bertemu temannya dibandingkan bertemu anak (yang sudah lama tidak ketemu semenjak dia membiarkan kami dianiaya dan diusir) dan bertemu istrinya, padahal saya sudah memberikan jalan atau saran agar dia tetap bisa bertemu temannya dan juga bisa bertemu anaknya tapi dia tetap memilih bertemu temannya dan tidak bertemu anaknya? dan sampai sekarang pun dia tidak mau memperbaiki masalah keluarganya. Di saat istrinya diusir dia tidak membelanya sama sekali dan disaat istrinya sedih karena bpknya sakit dan anaknya selalu bertanya “pa2 mana ma” dia lebih memilih bertemu temannya dibanding bertemu anak padahal kalau dia mau menerima masukan saya dia tetap bisa bertemu teman dan bahkan bisa bertemu anaknya juga dan memberi support istrinya. Sebagai istri apa yang sebaiknya saya lakukan dan bagaimana supaya saya bisa menghilangkan rasa sedih dan sakit yang saya rasakan sekarang? terima kasih abah, wassalam

    1. Wa’alaikumussalam wr wb. Menurut syari’ah Islam,seorang suami wajib memperioritaskan keluarganya dari sekadar teman biasa.Berbeda dengan kewajiban kpada Allah swt,harus memperioritaskan Allah lebih dari segala-galanya termasuk keluarga. Baca firman Allah swt dalam surah Attaubah ayat 24.Untuk itu sikap yang harus ditempuh ialah,Asiyah harus terus memberi teguran dan nasehat dengan cara yang baik dan sopan kepada suami agar tidak terjadi perkara yang lebih jelek lagi. Jika belum juga berubah maka teruslah berdo’a kepada Allah agar suami bisa berubah kepada yang lebih baik.dan mintalah nasehat kepada seorang ulama yang shalih,datang berdua suami kerumahnya agar mendapat siraman rohani yang haus dengan agama.Percayalah pasti ada jalan keluarnya bagi hambanya yang bertaqwa. Baca firman Allah surah At Thalaq 65:2-3.

  3. assalamu’alaikum. syukron atas rsponnya y ustadz, mudah2an buku Wanita Sholehah bs sgera terbit. Afwan fitri hndak btanya ttg prnyataan bhw setelah menikah–seorang wanita itu memiliki keutamaan dlm kpatuhan/ketaatannya thd suaminya ketimbang thd orangtuanya, apakah itu bunyi hadist? lalu bgm bsikap bila orangtuanya merasa agak trsisih/cmburu akibat ketaatannya thd suaminya tsb? mohon dijelaskan y ustadz.. syukron.wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

  4. Assalamu’alaiku Ustadz..
    sungguh suatu ilmu yang benar-benar harus diamalkan..
    terima kasih diingatkan untuk selalu berusaha menjadi istri sholehah..
    Matur nuwun….
    Wassalamu’alaikum

  5. Assalamu’alaikum..ust.. Ana mo minta pencerahan, begini….Ana ada rencana mo khitbah bulan depan (insya Alloh) tapi pas ana bertemu dengan keluarganya ana menemukan keganjilan….ibunya tidak berpenampilan seperti Anaknya…(berpakaian muslimah)…Apakah ana salah jika tetap melanjutkan niat saya dalam mengkhitbah??? ana bener2 bingung….Anaknya sangat baik dalam beragamanya..tetapi orang tuanya sangat jauh dengan Anaknya tersebut..bagaimana menyikapi hal tersebut ust?? Ana benar2 butuh pencerahan….ana harap jawabannya bisa dikirim via email..ke dany.ardy@yahoo.co.id

    dan ana mohon..pertanyaan ana ini jangan d posting karena ana takut yang bersangkutan membacanya dan merasa tidak enak dengan ini semua…jazakalohukhoir…

  6. Assalamu alaikum wr wb.
    Melihat ibu Abdul Rachman Wahid (Gus Dur)dan puterinya berpakaian saya mohon pencerahannya.
    Apapun namanya mau jilbab atau kerudung setahu saya mengacu pada Al Qur’an.
    Tanpa mengurangi rasa hormat pada pada Gus Dur, dan tidak ada sedikitpun keinginan merendahkan beliau, sungguh ini hanyalah untuk menimba ilmu.
    Mungkin ada ayat dalam Al Qur’an yang belum saya ketahui sehingga Gus Dur memperbolehkan keluarga nya berpakaian seperti itu, mohon jawaban, terima kasih
    Wassalamu alaikum wr wb

    1. wa’alaikumussalam wr wb.Tentang jilbab syari’ahnya telah dipapaprkan pada Qur’an surah Annur :31 dan Al Ahzab:59. Hukumnya adalah wajibul ‘ain bagi seluruh muslimah yang mencapai umur balligh.Adapun isteri dan anak prp gus dur ,mereka tidak mentaati syari’ah Islam karena buat Gusdur tidak menyukai syari’ah Islam.Ketika bicara dalam satu obrolan radio jil utan kayu ,seorang bertanya apa pendapat gusdur tentang syari’ah Islam ?seenaknyanya dia menjawab alah syari’ah Islam itu tahi kucing,bahkan dia juga berkata al qur’an itu kitab yang paling porno.jadi contoh apa yang harus diambil dari keluarga itu.Jadi anda kembalilah kepada Al Qur’an ,Insyaallah akan terus mendapat hidayah.segera buka ayat yang telah ditulis diatas.

  7. aslmkum wwb.. tadz saya mau tanya.. Pertimbangan2 apa saja yg harus dilakukan sorg pemuda kalo hendak nikah..
    Terimakasih..

  8. assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh ustad abu,

    saya ingin tanya, saya pernah curhat dengan teman cewek saya, dia bekerja sedangkan saya dirumah. dia berpendapat kalo saya orangnya kaku dan tidak fleksibel dengan hanya berdiam diri dirumah, dia menyarankan agar saya lebih banyak bergaul dengan tetangga sekitar rumah saya. alhamdulillah hubungan saya dengan tetangga sekitar saya baik-baik saja dan masih sering tegur sapa, kadang saya juga kasih makanan lebih atau kado ke tetangga, saya tidak ingin terlalu akrab dengan tetangga, karena takut akan ghibah. saya orangnya memang pendiam dan suka sekali dirumah, tidak suka jalan-jalan kalau suami tidak ada dirumah.

    ustad, apakah sikap saya ke tetangga salah? dan bagaimana seharusnya pergaulan dengan tetangga di jaman sekarang?

    demikian, terima kasih.

    wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

  9. Assalamualaikum Ustad Abu,
    Sukron ustad atas pencerahannaya tentang wanita sholihah,
    terutama buat saya yang sedang dalam tahap pembelajaran,saya mau tanya Ustad bagaimana hukumnya bagi wanita karir ( bekerja di luar rumah)baik bagi wanita yang sudah menikah atau yang belum menikah,dan bagaimana hukumnya bagi orang yang melajang karena Allah belum memberi Jodoh.

    Wassalamualaikumwr.wr.

  10. ASSALAMUALAIKUM YA USTADZ ust…. smoga lancar ya proses pidananya dan ust bisa ber aktivitas kembali,makasih ust tlah menjaelaskan ciri2 wnt solihah, rencana kapan diterbitkan buku ttg wanita solihah ust?trimakasih SBLMNYA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *