(Abujibriel.com)-Alhamdulillah saat ini kaum muslimin di seluruh dunia telah memasuki bulan Sya’ban, yaitu bulan dimana tiada ada bulan-bulan selainnya yang Rasulullah puasakan hampir di sepanjang harinya, sebagaimana yang telah ummul mukminin sampaikan melalui hadits berikut,
وَ لَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ, كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ, كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.
artinya, “…dan aku tidak pernah melihat beliau saw shaum (sunnah) sebulan lebih banyak daripada shaum beliau di bulan Sya’ban. Beliau shaum di bulan Sya’ban hingga sisa harinya tinggal sedikit.” (HR. Muslim)
Juga seorang sahabat saw, Usamah bin Zaid meriwayatkan, “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau shaum pada suatu bulan seperti yang engkau kerjakan di bulan Sya’ban,” maka beliau bersabda,
ذَالِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَ رَمَضَانَ, وَ هُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِ الْعَالَمِيْنَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعُ عَمَلِي وَ أَنَا صَائِمٌ.
artinya, “Itu adalah bulan antara bulan Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh manusia. Pada bulan Sya’ban itu, amal-amal diangkat dihadapkan kepada Rabb alam semesta. Oleh karena itu, aku senang apabila amalanku diangkat sedangkan aku tengah shaum.” (HR. An-Nasa’i)
Tentu juga sudah diketahui bahwa selain shaum sunnah Sya’ban dan shaum wajib Ramadhan, terdapat beberapa shaum sunnah selainnya yang insyaa Allah sudah terbiasa diterapkan dalam keseharian seorang muslim, seperti shaum senin-kamis, shaum Assyuro’, shaum ayyamul bidh, shaum Arafah, shaum Muharram, shaum 6 hari Syawal, shaum 9 hari awal Dzulhijjah, serta shaum Dawud.
Shaum merupakan salah-satu ibadah yang memiliki nilai kemuliaan serta terdapat beberapa keutamaan yang besar di sisi Allah Ta’ala. Besarnya keagungan yang dimiliki ibadah ini termaktub dalam salah-satu hadits yang diriwayatkan sahabat Jabir ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
قَالَ رَبُّنَا:السِّيَامُ حُجَةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ, وَ هُوَ لِيْ وَ أَنَا أَجْرِي بِهِ.
artinya, ”Rabb kita berfirman, “Shaum –shaum itu perisai yang dengannya seorang hamba terhalangi dari api neraka, dan amalan tersebut untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR. Ahmad)
Oleh karena besarnya kemuliaan yang dimiliki ibadah ini, maka seyogyanya kita sebagai umat muslim senantiasa membiasakan ibadah nafilah ini. Hari-hari yang kita miliki tentu akan menambah kemanfaatan bagi kita, baik semasa di dunia terlebih ketika di akhirat kelak—bila mengisinya dengan peribadahan yang insyaa Allah tiada mengandung keberatan ini. Terlebih lagi Rabb kita telah menetapkan bahwa keberadaan seorang hamba di permukaan bumi-Nya adalah hanya untuk melaksanakan ketaatan dengan senantiasa beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya,
artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. adz-Zariyat, 51:56)
Berikut beberapa fadhilah shaum sunnah, yang diantaranya yaitu;
1. Sebagai penghapus dosa
Hudzaifah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
فِطّْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهلِهِ, وَ مَالِهِ, وَ جَارِهِ, تُكَفِّرُهَا: الصَّلاَةُ, وَ الصَّوْمُ, وَ الصَّدَقَةُ, وَ الأَمْرُ, وَ النَهْيُ.
artinya, “Fitnah (ujian) yang dialami seorang laki-laki di tengah keluarga, harta, anak-anak, dan tetangganya akan terhapus dengan sholat, shaum, sedekah, perintah dan larangan.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
2. Sebagai pemberi syafa’at di hari kiamat
Abdullah bin Amru berkata bahwa Rasulullah bersabda,
الصِّيَامُ وَ القُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, يَقُوْلُ الصِّيَامُ: يَا رَبِّ, مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَ الشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ, وَ يَقُوْلُ القُرْآنُ: مَنَعْتُهُ اليَوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ.
artinya, “Shiyam dan al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba di hari kiamat. Shiyam akan berkata, “Wahai Rabb-ku, aku telah menahannya dari makanan dan syahwat di siang hari, maka syafa’atkanlah aku kepadanya.” Al-Qur’an juga berkata, “Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari, maka syafa’atkanlah aku kepadanya.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
3. Sebagai penyempurna shaum wajib
Rasulullah bersabda,
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلاَتُهُ فَإِنْ كَانَ أَتَمَّهَا كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ أَتَمَّهَا قَالَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ انْظُرُوا هَلْ تَجِدُوْنَ لَعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَتُكْمِلُوْنَ بِهَا فَرِيْضَتَهُ ثُمَّ الزَّكَاةُ كَذَالِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى حِسَابِ ذَالِكَ.
artinya, “Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah sholatnya.Jika ia menyempurnakannya maka akan dicatat baginya sempurna. Namun jika ia belum menyempurnakannya, Allah pun berfirman kepada malaikat, “Lihatlah, apakah kalian dapati amalan sunnah pada hamba-Ku yang dengannya kalian sempurnakan amalan wajibnya.” Demikian pula zakat. Kemudian semua amalan dihisab menurut cara yang demikian.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
4. Sebagai pencegah dari syahwat buruk
Abdullah bin Mas’ud ra berkata bahwa Rasulullah bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ, مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلبَصَرِ وَ أَحْصَنُ لَلفَجْرِ, وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
artinya, “Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah mampu untuk menikah, maka menikahlah! Karena menikah itu lebih mampu menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Tetapi barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia shaum, karena shaum itu sebagai penahan syahwat baginya.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
Anas ra berkata bahwa Rasulullah bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنْ ابْنَ أَدَمَ مَجْرَى الدَّمِّ.
artinya, “Sesungguhnya syetan itu berjalan pada tubuh anak Adam melalui aliran darah.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi, Ahmad, dan Abu Dawud)
5. Sebagai perisai dari api neraka
Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ وَ حِصْنٌ حَصِيْنٌ مِنَ النَّارِ.
artinya, “Shaum adalah perisai dan benteng kuat yang melindungi dari api neraka.” (HR. Ahmad)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِذَالِكَ الْيَوْمِ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا.
artinya, “Setiap hamba yang shaum di jalan Allah, niscaya dengan shaum itu Allah akan menjauhkan api neraka dari wajahnya sejauh 70 tahun perjalanan.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
6. Sebagai pemakbul do’a
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الإِمَامُ الْعَادِلُ, وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ, وَ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ…
artinya, “Ada tiga golongan yang tidak tertolak do’anya, yaitu imam yang adil, orang yang shaum hingga berbuka, dan orang yang terzhalimi…” (HR. Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan Ahmad)
7. Sebagai salah-satu ciri kemuliaan di akhirat kelak
Rasulullah bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يَقُوْلُ لَهُ الرَّيَّانُ, يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ, يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ؟ فَيَقُوْمُوْنَ, لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ, فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ.
artinya, “Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang bernama Ar-Royyan, darinya orang-orang yang shaum akan masuk di hari kiamat, dan tidak ada seorangpun selain mereka yang masuk melalui pintu tersebut. Diserukan: “Dimanakah orang-orang yang shaum?” Lalu mereka bangkit dan tidak seorangpun selain mereka yang melalui pintu itu. Jika mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup sehingga tidak seorangpun selain mereka yang masuk.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
Sementara faedah yang terdapat dalam ibadah shaum, diantaranya adalah:
1. Sebagai sarana menuju taqwa
Allah Ta’ala berfirman,
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah, 2:183)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah Ta’ala berfirman guna menyuruh umat Islam ini berpuasa dengan menahan diri dari makan, minum, dan berjima’ disertai niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala, karena puasa mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan, dan kecermelangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak yang rendah, maka hendaklah ibadah puasa dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan sempurna karena dapat mempersempit gerak setan sehingga lebih mudah melaksanakan ketaatan dan meraih ketakwaan.
2. Sebagai sarana pendidik hawa nafsu
Dalam dinul Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu. Hawa nafsu yang dimaksud yaitu hawa nafsu buruk yang dimiliki oleh setiap manusia yang akan merusak amalannya. Hal ini sangat penting karena manusia tercipta dalam keadaan bersifat lemah yang bilamana ia tidak berusaha mengendalikan hawa nafsunya, maka setan lah yang akan menguasainya untuk menhttps://abujibriel.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpggnya berbuat sesat serta menuhankan hawa nafsunya. Allah Ta’ala berfirman,
artinya, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. al-Jatsiyyah, 45:23)
Setan sebagai musuh manusia menggunakan sarana syahwat dalam mengalahkan manusia. Syahwat itu terbagi dua macam, yaitu syahwat yang timbul dari perut dan syahwat dari kemaluan. Syahwat tersebut dapat menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selama ladang syahwat tetap subur, maka setan bisa leluasa berkeliaran, tetapi jika sarana tersebut dipersempit dengan berpuasa maka jalan kesana juga menjadi sempit bagi setan. Anas bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنْ ابْنِ اَدَمَ مَجْرَى الدَّمِّ.
artinya, “Sesungguhnya setan itu berjalan pada tubuh anak Adam mengikuti aliran darah.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Maka dengan melaksanakan ibadah shaum, insyaa Allah seorang muslim akan mampu mengendalikan hawa nafsunya yang buruk sehingga jiwanya menjadi kuat untuk menghadapi kehidupan yang dijalaninya.
3. Sebagai sarana pengenal nilai kenikmatan dan mensyukuri-Nya
Dengan melaksanakan ibadah ini, seorang muslim akan mengenal makna kenikmatan yang ada padanya. Dia akan merasakan bahwa apa-apa yang dimilikinya, baik berupa kesehatan, kekayaan, atau kesempatannya untuk melaksanakan berbagai ibadah adalah karunia yang patut disyukuri sepanjang saat. Dari hal itu, maka ia akan berusaha memanfaatkan amanah yang ada padanya sebagai sarana untuk mengibadahi-Nya dan memanfaatkan rezeki yang dimilikinya sebagai jalan meraih ridho-Nya.
4. Sebagai sarana empati terhadap penderitaan orang lain
Shaum wajib di bulan Ramadhan ataupun shaum sunnah di bulan selainnya telah menjadikan seorang muslim dapat merasakan rasa lapar dan haus seperti yang dirasakan oleh kaum fakir dan miskin di sekitarnya. Keadaan lapar dan haus tersebut yang dirasakan hanya beberapa jam saja, menjadikan seorang muslim mampu memiliki sikap empati terhadap hamba-hamba Allah Ta’ala yang sedang diuji dengan keterbatasan harta dan kemampuan, dimana keadaan tersebut tidak mereka ketahui kapan berakhirnya. Oleh karena itulah semestinya ibadah shaum menjadi pelajaran dalam menumbuhkan rasa solidaritas antar kaum muslimin. Hal ini sejalan dengan keterangan yang dikabarkan –Nya bahwa tiap seseorang menjadi tempat ujian bagi seorang muslim lainnya.
artinya, “… dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain…” (QS. al-Furqon, 25:20)
Sementara itu Rasulullah saw mengingatkan,
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْجُوْعِ وَ الْعَطَشْ.
artinya, “Banyak sekali orang yang berpuasa, sementara ia tidak memperoleh apapun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan haus saja.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
5. Sebagai sarana penyibuk hati dengan berdzikir
Shaum merupakan sarana yang efektif bagi seorang muslim untuk menambah amalannya dengan berdzikir. Ketika kegiatan lisan semakin diperketat dari bermacam aktifitasnya yang buruk, seperti ghibah dan namimah, maka berdzikir merupakan amalan yang akan menggantikannya. Selain mudah dikerjakan, amalan ini juga akan mendatangkan kecintaan Allah Ta’ala kepada seorang hamba. Dia berfirman,
artinya, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah, 2:152)
6. Sebagai sarana penunjang kesehatan badan
Secara medis, shaum juga memiliki faedah yang sangat besar bagi tubuh seseorang. Sebagaimana sebuah mesin yang senantiasa difungsikan secara terus-menerus, maka sudah seharusnya mesin tersebut diberikan kesempatan untuk diperbaiki keadaannya guna keberlangsungan fungsinya. Begitu juga dengan tubuh seseorang, maka dengan bershaum yang berarti mengatur konsumsi makanan dan mengistirahatkan alat-alat pencernaan—insyaa Allah akan memperoleh kebaikan. Namun yang patut diperhatikan adalah jangan sampai niat bershaum tersebut hanya untuk menciptakan tubuh yang sehat sehingga akan merubah niat ibadah yang sesungguhnya. Niatkan saja lillahi Ta’ala, insyaa Allah segala faedah akan Allah Ta’ala curahkan kepada kita.
Demikian semoga bermanfaat, wallahu a’lam bisshowwab.