Ramadhan, syahrul Qur’an

ngaji2

(Abujibriel.com)— Alhamdulillah, kita telah memasuki minggu kedua ramadhan yang penuh keberkahan ini. Bulan dimana berbagai amalan sholih dijanjikan lipat-ganda pahala oleh Allah Ta’ala, maka berbahagialah orang-orang beriman dengan janji Allah Ta’ala ini dan merasa beruntunglah seorang muslim yang masih diberikan kesempatan ini, sebab banyak diantara saudara-saudari kita yang sangat merindukan datangnya ramadhan ini, namun Allah Ta’ala telah cukupkan umurnya dengan diwafatkan. Akan tetapi yang patut dipahami dalam menjalani ramadhan ini, apakah kita sudah benar-benar memanfaatkannya dengan beramal sholih sesuai tuntunan Rasulullah saw dan hal-hal yang dilakukan oleh para sahabatnya?

Ya ikhwani wa akhowatifillahi, salah-satu keagungan ramadhan adalah sebagai syahrul qur’an, dimana di bulan inilah peningkatan akan tilawahnya dikerjakan sebagaimana para sholafush sholih mengisinya. Tidak seperti yang kita perhatikan di sekeliling kita ataupun yang mungkin masih kita lakukan selama ini, dimana ibadah shaum hanya sekedar penunaian tidak makan, tidak minum, dan tidak jima’ di siang hari. Beberapa jam di waktu-waktu berpuasa hanya dipenuhi dengan tidur yang terlanjur dianggap sebagai ‘sunnah’ yang paling menyenangkan di bulan ini. Begitupun dengan amalan saat-saat menjelang berbuka puasa seperti tradisi ngabuburit yang hingga tak heran kemudian mal-mal malah menjadi majelis kongkow-kongkow terfavorit saat ini. Begitu pula kegemaran berwisata kuliner keliling tempat-tempat makan. Makanan apa saja ingin dikoleksinya untuk memenuhi hajat perutnya. Padahal sudah sejak dahulu Rasulullah saw memperingatkan umatnya akan hal ini sebagaimana sabdanya,

مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسَبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ فَاعِلاً فَثُلُثُ لِطَعَامِهِ وَثُلُثُ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

artinya, “Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi isinya oleh manusia, kecuali perutnya, karena sebenarnya cukup baginya beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Kalaupun ia ingin makan, hendaknya ia atur dengan cara sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, an-Nasa`i dan At-Tirmidzi)

Aduhai sangat disayangkan, karena disaat musim bertabur pahala  ini—sudah seyogyanya seorang muslim fastabiqul khairat dalam men’jala’ karomah-Nya. Dengan me-manage waktu yang dimilikinya demi mengerjakan amalan-amalan yang benar-benar mendatangkan manfaat untuknya. Seperti juga dengan para orang-orang sholih pendahulu, mereka bisa mengkhatamkan al-Qur’an hingga berkali-kali di bulan ini. Lalu bagaimana dengan kita? Mungkin pemahaman yang masih dangkal atau masih beratnya hawa nafsu kita dalam merutinkan lisan kita terhadap amalan inilah yang menjadi penyebabnya. Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda,

إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ .

artinya, “Sesungguhnya orang yang tidak ada al-Qur’an sedikit pun di dalam rongga dadanya bagaikan rumah yang roboh.” (HR. Tirmidzi)

Demikian juga dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu bahwa ia berkata Rasulullah saw bersabda,

اِقْرَأُوْا الْقُرْاَنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعَا لأَصْبِهِ.

artinya, “Bacalah olehmu al-Qur’an, karena sesungguhnya al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi ahlinya.” (HR. Muslim)

Begitu juga dalam al-Qur’an, banyak nash dimana Allah Ta’ala telah mengecam seorang hamba yang banyak berpaling dari pengajaran al-Qur’an, berikut beberapa akibat buruk dari sikap menjauh dan meninggalkan pengajarannya:

1. Kehidupan yang sempit di dunia dan akhirat

artinya, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” (QS. Thaaha, 20: 124-126)

2.  Syetan akan menjadi teman yang akan menyesatkannya

artinya, “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan),maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. az-Zukhruf, 43: 36-37)

3.  Terancam dimasukkan ke dalam neraka jahannam

artinya, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raaf, 7:179)

4.  Rumah yang sunyi dari al-Qur’an akan dimasuki syetan dan penghuninya akan susah dan sempit

Rasulullah saw bersabda,

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَقُولُ إِنَّ الْبَيْتَ لَيَتَّسِعُ عَلَى أَهْلِهِ وَتَحْضُرُهُ الْمَلاَئِكَةُ وَتَهْجُرُهُ الشَّيَاطِينُ وَيَكْثُرُ خَيْرُهُ أَنْ يُقْرَأَ فِيهِ الْقُرْآنُ وَإِنَّ الْبَيْتَ لَيَضِيقُ عَلَى أَهْلِهِ وَتَهْجُرُهُ الْمَلاَئِكَةُ وَتَحْضُرُهُ الشَّيَاطِينُ وَيَقِلُّ خَيْرُهُ أَنْ لاَ يُقْرَأَ فِيهِ الْقُرْآنُ . وفي رواية : إِنِّ الْبَيْتَ الَّذِي لاَ يَقْرَأ فِيْهِ الْقُرْآنُ يَقِلُّ خَيْرُهُ وَيَكْثُرُ شَرُّهَ ويَضِيْقُ عَلَى أَهْلِهِ .

artinya, “Sesungguhnya rumah akan menjadi lapang atas penghuninya dan akan masuk ke dalamnya para malaikat dan akan keluar syetan-syetan, akan banyak kebaikannya jika dibacakan al-Qur’an didalamnya. Dan sesungguhnya rumah akan menjadi sempit atas penghuninya dan akan keluar malaikat dari padanya dan akan masuk syetan-syetan dan sedikit sekali kebaikannya jika tidak dibacakan al-Qur’an di dalamnya.” (HR. ad-Daarimi) Dalam riwayat lain: “Sesungguhnya rumah yang tidak dibacakan al-Qur’an di dalamnya, sedikit sekali kebaikannya dan banyak sekali keburukannya dan para penghuninya akan merasakan kesempitan dan kesengsaraan.”

Juga sabdanya,

لاَتَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قَبُوْراً فَإِنَّ الْبَيْتَ الِّذِيْ تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ لاَ يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ .

artinya,“Janganlah kamu jadikan rumahmu laksana makam, sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah tidak akan dimasuki syetan.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)

Itulah beberapa nash ancaman Allah azza wa jalla bagi seorang muslim yang enggan memahamkan dirinya dengan al-Qur’an al-karim yang merupakan penawar hati manusia yang sedang sakit dan menghidupkan hati yang telah mati sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

 artinya “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’, 17:82)

dan Rasulullah saw bersabda,

 

إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ لَهَا سَائِرُ الْجَسَدِ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ لَهَا سَائِرُ الْجَسَدِ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ .

artinya, “Sesungguhnya di dalam tubuh badan ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruhnya, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruhnya. Ingatlah, bahwa segumpal daging itu ialah hati.” (Muttafaq ‘alaihi)

Di bulan yang penuh bartokah ini, mari kita jadikan ia sebagai momentum perbaikan bagi diri dan pemanfaatan waktu yang kelak mendatangkan kebaikan bagi kita sendiri.

Dari Abdullah radhiallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah bersabda,

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللهِ ، فَتَعَلَّمُوا مِنْ مَأْدُبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ . إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ وَالنُّورُ الْمُبِينُ وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ ، عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ ، وَنَجَاةٌ لِمَنْ اتَّبَعَهُ ، لاَ يَزِيغُ فَيَسْتَعْتِبُ ، وَلاَ يَعْوَجُّ فَيُقَوَّمُ ، وَلاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَلاَ يَخْلَقُ عَنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ . فَاتْلُوهُ فَإِنَّ اللهَ يَأْجُرُكُمْ عَلَى تِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ . أَمَا إِنِّي لاَ أَقُولُ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلاَمٍ وَمِيمٍ .

artinya, “Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah hidangan Allah, oleh karena itu hendaklah kamu mengambilnya sekadar yang terdaya oleh kamu menyambutnya. Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah tali Allah, cahaya yang terang benderang dan penawar yang berguna. Penjaga bagi siapa yang ber-pegang kepadanya, jaminan kejayaan bagi yang mengikutinya. Ia tidak salah menyebabkan ia tercela, ia tidak bengkok yang menyebabkan ia perlu diluruskan. Keajaibannya tidak kunjung habis dan ia tidak menjadi cact sekalipun banyak (isi kandungannya) ditolak orang. Bacalah al-Qur’an karena Allah akan memberikan ganjaran ke atas setiap huruf dari bacaan-mu dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif, Laam, Miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, Miim satu huruf.” (HR ad-Daarimi)

Dan sabdanya,

عَلَيْكَ بِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ ، فَإِنَّهُ نُوْرٌ لَكَ فِي الأَرْضِ وَذُخْرٌ لَكَ فِي السَّمَاءِ .

artinya, “Haruslah kamu membaca al-Qur’an, sesungguhnya ia adalah cahaya untuk kamu di bumi dan perbendaharaan untukmu di langit.” (HR. Ibnu Hibban)

Demikian semoga memberi kemanfaatan wallahu ‘alam bishowwab.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *